Minggu, 16 Maret 2014

Cerpen : Tak dapat bersatu

Kamar yang dipenuhi
tumpukan buku, disamping tempat tidur ada meja berisi kosmetik
lengkap berlamburan, dilantai terdapat lembaran kertas, kamar
tanpa penerangan. Itulah keadaan
kamar Kara seperti kapal pecah.

"Argggghh!!! Siapa yang berani
mengacak-acak kamarku?" Raka
kesal dan merapikan sedia kala.
"Sudahlah Raka. Tadi adik kamu
istirahat sebentar! Mungkin ia
lupa untuk merapikannya.." Mama
menetralkan suasana memanas.
"Mom.. Ini udah kelewatan.
Seenaknya saja mengacaukan
kamarku! Ini sampah berserakan
tak jelas, buku-buku berlamburan
dan kosmetik miliknya berada
disini." Raka merasa tak terima.
"Ya sudahlah... Adik mu itu
tomboy jadi rasa taunya besar.
Kamu sendiri tau kalau dia baru
pulang dari study di Amerika"
"Yaelahh. Maa.. Apa ada
hubungannya karakter dengan
kamar aku! Arrggghhh..." Raka
semakin kesal...

.... Pukul
menunjukkan 12:00 Am.. Tetapi
adiknya belum pulang juga,
adiknya masih terbawa kebiasaan
di Amerika. Tetapi tidak berlaku
untuk Raka pribadi yang disiplin,
ia marah atas kelakuan adiknya
karena belum pulang juga sampai
sekarang.
Lalu...
"Aku pulaaang!!!"
Seraya adiknya. Raka menatap
adiknya sinis, pakaian dikenakan
layaknya seperti laki-laki, ini
merusak pemandangan
menurutnya. "Apa-apaan kamu!
Kemana saja anak gadis baru
pulang?" "Hy kakak... Kara
kangeeen!!!" Tanpa wajah bersalah
ia langsung memeluk Raka.
Sedangkan Raka terdiam saja..
"Mulai besok jangan lagi kelur
malam!!" Raka menasihati lalu
bergegas mengunci pintu dan
masuk kekamarnya. Dibelakang,
Kara mengikuti langkahnya.
"Kenapa?" Raka menyadari Kara
mengikutinya. "Kak.. Kara tidur
bareng sama kakak ya!! Please..."
Kara segera masuk terlebih
dahulu. "Kamu bukan anak kecil
lagi.. Aku tidur diluar saja!!!" Raka
bergegas pergi..

... Pagiii....
Mereka sudah sarapan. "Raka..
Hari ini kalian akan berangkat
sekolah bersama.." Mama
mengkonfirmasi. "Hah... Kenapa
dia tidak lagi bersama papa di
Amrik ma?" Raka terkejut. "Papa
sedang banyak kerjaan!!!"
"Arghh... Begini rasanya bertemu saudara tiri..." Gumamnya dalam hati.

Raka dan Kara memang saudara tiri, satu ayah tapi beda ibu. Mama tak pernah membedakan anak-anaknya, dari kecil hingga dewasa kasih sayang yang adil. Tapi, sampai sekarang Raka belum dapat menerima Kara sebagai adik tiri. Ya!!! Raka selalu berlaku sinis dengan Kara.

.. Akhirnya mereka sampai juga disekolah..
Raka selalu jadi bahan lelucon teman-temannya. Bahkan Kara disangka pacaran dengan Raka. Raka merasa malu sedangkan Kara cuek bebek.
"Cantik juga.. Beneran itu adik
kamu?" Ucap Rendi sahabatnya.
"What? Itu bunglon kamu bilang
cantik. Whats up men?" Raka
semakin tak mengerti.

Sepertinya Rendi tertarik dengan Kara, sebisa mungkin Rendi mencoba berkenalan dan mendekati Kara. Tetapi Raka tak mengizinlan mereka dekat lebih dari teman, Raka teringat pesanmama untuk menjaganya. ..

....
Singkat cerita..
Rendi dan Kara akhirnya pacaran.
Hubungan mereka tak diketahui
oleh Raka. "Janji ya.. Jangan
ketahuan Raka!" Rendi
memastikan. "Iya !!!" Kara
tersenyum manis.

... Akhir-akhir
ini Raka merasakan kalau sifat dan kelakuan Kara berbeda. Sekarang si tomboy itu berubah menjadi feminim, sifatnya sudah
menunjukkan seorang perempuan dan sungguh membuat Raka heran.
"Mau kemana?" Raka
menghentikan langkah Kara. "Jalan bareng!!"
"Sama Rendi?"
"Iya"
"Suruh dia kerumah!" Perintah
Raka. Kara tersentak kaget! Ia
keceplosan dan tak dapat lagi
menghindar. "Ehhh.. Itu.. " Kara
mencari alasan. Raka segera
merampas Hp digenggamnya.
"Arrrrghhh.. Kakak... Adik mu ini
sudah dewasa! Kenapa
diperlakukan seperti anak kecil?"
Sungguh Kara tak terima. Raka tak
peduli, akhirnya Kara tidak jadi
keluar ngedate...

.... Disekolah..
Raka menghindar dari Kara dan tak ingin berdekatan lagi sama Rendi. Ia rasa ada yang menganjal
dihatinya dan tak terima semua ini
terjadi. Kara merasakan kehilangan sosok Raka, ia mencoba untuk berinteraksi tetapi tak direspon Raka. Sedangkan Rendi masa bodoh dan tak memperdulikan
mereka berdua.

... Pada hari berikutnya .. "Apakah kakak sakit?"
Kara memeriksa keadaan Raka.
"Sudahlah.." Raka menangkis
tangan Kara. "Ada apa?" "Aku ingin sendiri..." Gertaknya. Kara diam,
lalu ia meninggalkan Raka
sendirian.

... Sore hari.. Kara
memutuskan untuk jalan-jalan
sore, ia mrefreshkan otak ditaman dekat alun-alun kota. Saat ia melangkah untuk pulang kerumah, sosok sang kekasih sedang bermesraan dengan teman sekelasnya. "Dengarkan dulu..."
Rendi mencoba untuk
menjelaskan. "Dasar.. Siiiettt!"
Kara menampar pipi Rendi, ia
berlari sekuat tenaga mungkin,
tapi ia tak mengeluarkan air mata
setetespun.

... Dirumah... Kara
melempar pintu sekeras mungkin.
Mama melihatnya kaget sekali.
Kara langsung masuk kamar dan
membersihkan tubuhnya. Saat
makan malam.. Mama melihat
kedua anaknya tidak seperti
biasanya. Biasanya selalu cek-cok
mulut dan sekarang sepi senyap.
"Kalian kenapa?" Mama
memecahkan keheningan. "Ya!!!"
Jawab mereka serentak, lalu
bertatapan cukup lama. "Ya.. Kara
sudah kenyang, malam semua..."
Kara meninggalkan ruang makan.
Ia bergegas untuk beristirahat.
"Kara kenapa? Bukannya mama
suruh kamu untuk menjaganya!
Tapi kenapa kalian seperti
bertengkar?" Mama mengintrogasi
Raka. "Ma.. Jangan bahas lagi,
Raka dapat berbicara besok
dengannya." Raka mengecup pipi
mama lalu ia bergegas
kekamar.

.... Semuanya tampak
berubah.. Tidak seperti sedia
kala.. Semuanya tampak asing dan
hidup pada dunia masing-masing.
Pagi ini Kara tidak keluar dari
kamar. Mama dan Raka heran lalu
menemui Kara. "Karaaaa..." Raka
terkejut saat melihat Kara
terbaring lemas dan pucat. "Cepat
bawa kerumah sakit!!" Mama
berseru..

... Liiwww..liwww...liw...
Suara Ambulance... Dirumah sakit.
Mama pulang terlebih dahulu
karena ada barang ketinggalan.
Saat ini Raka setia menjaga Kara.
"Kara. Banguun.. Kenapa kau
seperti ini? Bisakah kah sadarkan
diri agat dapat mendengar aku
bicara.. Ya... Kita memang saudara tiri. Tapi, aku menyanyangi kamu lebih dari itu. Maaf.. Perasaanku lancang." Raka menggengak tangan Kara. Mereka tampak seperti sepasang kekasih saja, ya..
Diantara mereka sedang
merasakan cinta. "Aku
mendengarnya kak!!" Kara
membuka matanya.
"Syukurlah
kamu sadar!" Perasaan Raka menjadi legah.
"Apa yang kakak katakan tadi benar!" Kara ingin
memperjelas.
"Ya. Maaf..." Raka mencoba untuk mengakuinya.
"Sama.. " Jawab Kara sejujurnya.
Raka tersenyum dan semakin erat
menggenggam tangan Kara.

...
Akhirnya mereka sepakat menjalani
hubungan ini diam-diam. Tak ada
seorangpun yang tu status mereka.
Mereka tak menampakkan didepan
keluarga ataupun umum. Tapi,
seluruh orang mengetahuinya. "Ya ampuun.. Kenapa kalian bertingkah seperti ini. Sungguh
mama tak menyangka!" Mama
kecewa sedang memarahi Raka dan Kara.
"Ma.. Maafkan kami.. Tapi
kita juga saudara tiri bukan
kandung ma..." Raka memperjelas.
"Apa jadinya jika diketahui oleh
Papa.. Kalian harus dipisahkan."
Mama menghubungi papa.
"Ma.. Stoop.. Jangan tau papa, aku
bakalan..." Tiba-tiba mama
menampar Kara. Kara terdiam dan air matanya tak dapat dibendung lagi. Sungguh ini membuatnya piluh. Raka menghentikan langkah Mama ingin bertindak lebih lanjut.
"Ma... Pukul saja Raka. Ini salah
Raka sepuhnya."
"Hikss.. Mengapa
kalian seperti ini? Mama tak meyangka.." Mama menangis dan
menghentikan semuanya.

...
Keesokan harinya. "Kak. Kenapa
kita harus ada ikatan keluarga.
Mengapa kita saling mencintai tapi terlarang. Tuhan tak adil.." Kara menagis. "Kara.. Tuhan adil.
Setidaknya walaupun kita tak
memiliki tapi kita dapat bersama
selamanya!" Raka meggenggam
tangan Kara. Mereka saling
bertatapan. Tiba-tiba sosok mama
dan papa sudah berada dihadapan mereka.

... Semenjak itu Raka dan Kara dipisahkan satu sama lain tak pernah lagi berjumpa.
Kara kembali lagi ke Amerika dan Raka pergi ke bandung untuk menemani nenek disana. Semua benar-benar berbeda. Rasa cinta tak dapat menyatukan mereka untuk lebih lanjut.
Mereka berdua sepakat untuk tidak berhubungan dan ketika bertemu harus mepunyai kekasih masing-masing.

... Pada akhirnya mereka bertemu lagi dijakarta.
"Lucu kalau kita kenang cerita dulu..." Kara tersenyum sambil memainkan
jarinya, Raka telah melihat cincin
dijari manisnya.
"Iya.. Siapa
tunanganmu?" Raka menyadari itu semua.
"Dia Carles, mahasiswa di
Amrik. Kakak dengan siapa?"
"Masih sendiri. Melupakan itu
sulit!" Raka terseyum dan menatap langit-langit.
Mereka bercerita banyak hal, semuanya baik-baik saja dan kembali seperti sedia
kala.

Itulah mereka. Tetap pada
jalan masing-masing. Raka belum
dapat melupakan Kara
sepenuhnya. Sedangkan Kara
harus menepis perasaan dan
mngubur dalam-dalam perasan itu
karena ia telah menemukan
pujaan hati.


Posted via Blogaway

Tidak ada komentar: