Minggu, 16 Maret 2014

Cerpen : Sahabat Cintaku

Yeahhhh... Aku ingin melupakan
dia! Sungguh... Gumam ku mencoba
menahan air mata hampir menetes.
Kckok.. Kcok.. Pintu kamar telah
terbuka, ternyata mama.
"Kenapa belum tidur sayang?"
"Ika sedang tak enak badan!" Aku
berbohong.
"Kamu tidak pandai berbohong. Jika
sudah siap, silakan hubungi mama!"
Mama mengecup kening dan aku
tersenyum dan mencoba
memejamkan mata.
.
..
...
"Arrrrrggghh.. Udah jam 4, ini
benar-benar gila!!!" Gumam ku
mengcak-acak rambut. Aku mencari-
cari ponsel dan melihat sesuatu,
siapa lagi kalau menguntit
seseorang. "Secepat itu..." Aku tak
dapat menahan bendungan air mata
pada akhirnya membasahi pipi.
... Disekolah.
*Jleb*. aku mengantuk dan
memejamkan mata, sesingkat
mungkin aku terbangun. Ternyata
Nafa yang membangunkan mimpi
indah dipagi hari.
"Argghh... Bisakah kau pergi dari
hadapan ku?" Aku mengomel tak
karuan, kesal melihat kelakuan sobat
sepertinya.
"Yayay.. Sorry! Aku cuma mau lihat
mata panda melingkar disitu!" Nafa
menunjuk kelompak mata ku yang
hitam, efek dari semalan.
"Nafaaaa..." Aku memeluk erat cowok
itu, ya.. Secara seisi kelas
memperhatikan kami.
"Cup..cup..cup.. Move on kaleek..."
Nafa mencoba menenangkan aku,
walaupun cara cueknya bikin nyesek.
"Ya.. Kok gitu! Bantuin dong gimana
caranya move on. Jangan omdo
doang." Aku kesal dan benar-benar
ku lampiaskan itu kepada Nafa.
"Hallo.. Cowok itu bukan cuma dia,
air mata menetes gak berguna dan
tak akan membalikan keadaan."
Itulah Nafa yang cuek. Tapi ada
benernya juga.
Nafa berlalu meninggalkan ku.
Tiba-tiba aku mendengar kabar
kalau Nafa masuk ruang BK, terus
apa masalahnya? Aku rasa dia tak
berandal dan aku segera menuju
ruang BK.
"Haaah.." Aku terbelalak kaget,
ternyata Nafa berkelahi dengan Roy,
tapi anehnya Nafa baik-baik saja dan
wajah Roy bonyok. Aku menunggu
didepan pintu tepatnya Nafa sudah
dintrograsi dan mendapatkan point
pelanggaran.
"Cewek tukang ngadu... Pantesan...
Siettt.!!" Maki Roy menyayat hatiku.
Nafa menghampiri Roy, segera
mungkin Roy melarikan diri. Nafa
merangkul ku, aku rasa ini salahku
sepenuhnya.
Aku menatap wajah Nafa yang cool,
wajah yang tenang, wajah misterius
dan wajah diidolakan oleh para
gadis. Dan diwajahnya terdapat
memar ringan tepat disebelah
bibirnya. Aku menarik tangannya
menuju UKS.
"Arggh.. Biar aku saja!" Nafa
mencoba mengompres memarnya
sendiri.
"Diam saja! Ini salah ku
sepenuhnya. Maaf!!!" Aku benar-
benar merasa bersalah dan ini
bukan pertama kalinya Nafa terluka
hanya membela ku.
Nafa menangkis tanganku dan ia
meraba memarnya, aku dapat
merasakan sakit itu.
"Maaf.. Lagian ini bukan kesalahan
mu. Ingat janji kita waktu kecil? Aku
janji akan selamanya menjaga
kamu." Nafa tersenyum dan
mengacak-acak rambutku.
Ya.. Itulah Nafa, dia adalah
sahabatku dari kecil, dari dulu
sampai sekarang sifat dan sikapnya
tak pernah berubah. Sekecil apapun
aku terluka ataupun sakit, maka ia
akan mati-matian menjagaku. Ia
segalanya, bahkan aku nyaman
didekatnya.
....
"Nafa terlalu dingin untuk aku
dekati. Ia terlalu menutup diri
untuk aku mengenalnya." Rini
curhat kalau ia masih menyukai
Nafa.
"Rini... Kalau kamu benar suka sama
dia! Aku bakalan bantu kamu biar
deket lagi? Mau!!!" Aku menawarkan
bantuan dan setidaknya ini
membuat hati Rini bahagia.
....
Dirumah. Aku dan Nafa sedang asyik
mengerjakan tugas sekolah, Nafa
memang pintar dan berprestasi
disekolah.
"Bodoh. Soal semudah ini saja
sulit!" Nafa memukul kepalaku
dengan buku. Aku meringis
kesakitan.
"Ya. Nafaaaa..." Sungguh ku tak
terima lalu aku memukul balik.
Tapi, tanganku terhalang dengan
gengaman kekarnya.
"Don't touch me!!!" Nafa menatapku
sengit.
"Yeahh. Whatever.. Damn you!"
Gertak ku seraya pergi dari
hadapannya.
Ya.. Itulah kami! Aku dan Nafa tak
pernah akur dan setiap bertemu ada
saja perang adu mulut. Tom and
jerry lebih cocok mewakili kami
berdua. Yeah..
...
Rini menghampiri ku. "Bagaimana
respon Nafa. Apa kamu sudah kasih
nope aku kepadanya?"
Aku tersentak kaget, rasanya ini
benar-benar mematikan hatiku. Aku
hampir saja kehilangan kesadaran.
"Oh.. Ya. Kemarin aku lupa, besok
kita lihat kabarnya!" Aku segera
menghindar dari cewek aneh itu.
...
Aku melihat Nafa sedang bertanding
basket, banyak sekali fans-fans
gilanya mengidolakan dia, tapi tidak
berlaku dengan ku. Aku membawa
sebotol minuman dan handup kecil,
seluruh mata menatap ku sinis.
"Yeahh. Omoo.." Aku sedikit risih.
Nafa menghampiri ku. "Waahh..
Nafaaa" Semua teriak seru saat sang
idola meneguk air. Aku mengelap
keringatnya, team basket Nafa
menang. Nafa berlari-lari
mengelilingi lapangan dan segera ia
akhiri dengan memeluk ku. "Hari ini
aku yang traktir!!!" Nafa menarik
tanganku, saat ini Nafa sedang
dalam mood yang bagus.
...*"*"*..
Nafa memandangi foto berbingkai
tersebut, ia tersenyum. "Aku bakalan
turnamen tingkat Internasional!!!"
Girangya seraya memeluk foto
tersebut.
Ktok..ktock...
"Masuk!!!" Serunya.
Aku segera menghampirinya dan
memberikan kado. "Selamat! Ini
kado atas kemenanganmu."
"Thanks.."
"Oh ya... Aku pulang dulu!" Tapi
tiba-tiba tagannya menggengam
tangan ini.
"Aku akan mengantar mu!!" Nafa
bangkit dari tidurnya.
Dijalan...
"Naf. Rini memberikan ini buat
kamu!!!"
Nafa tak memperdulikan semua itu.
"Buang saja!" Lirihnya.
"Hargaain dong usahanya!"
"Bisakah kau tidak membicarakan
dia?"
Aku bungkam, pada akhirnya aku
dan Nafa duduk di ayunan dan ia
memulai pembicaraan kembali.
"Dia hanya masa lalu. Dia hanya
serpihan hati dan tak berhak ada
dihati.." Nafa menarik nafas
panjang. Aku diam saja dan hanya
mendengarkan cuhatannya.
"Ika... Apa kau mempunyai rasa
ingin mematikannya jika orang yang
kita cintai sedang bersama orang
lain. Dan saat ia terluka baru ia
sadar telah mencintai orang yang
salah?"
Aku diam, ia menatap dalam kearah
ku. "Jawab?"
"Entahlah.." Gumam ku. "Aku sendiri
saja bingung! Aku selalu jadi bahan
selingkuhan." Aku bersandar
dipundaknya.
...
Sungguh. Ku tak mengerti dengan
jalan pikiran Nafa. Nafa yang selalu
cuek terkadang cerewet. Tapi aku
mengenalnya dari kecil.
Aku tak pernah mendengar gosip
tentang Nafa dengan perempuan
manapun. Pertama dan terkahir ia
pacaran dengan Rini, aku rasa Nafa
trauma pacaran.
...
"Terus?" Rini memelas.
"Maaf. Aku gak bisa bantu lagi!"
Ya.. Hanya itu yang aku ucapkan,
rasanya aku bingung.
...
Nafa duduk di antara ilalangan
melindunginya. Ia merebahkan
tubuh diatas ilalangan kering.
"First love. I remember you!" Nafa
melelapkan matanya.
Tiba-tiba Nafa terkaget nelihat sosok
ku telah berada tepat
disampingnya.
"Kau sendiri yang bilang move on"
"Arghh. Kau mendengar semua?"
Nafa segera membenarkan posisi
dan duduk tepat dihadapan ku.
Raut wajah Nafa tak dapat
berbohong kalau saat ini sungguh
malu.
"Jinjah.. Kau kira aku tuli? Aku
sudah berada disini dan
mengikutimu!!" Arggh. Kok aku jujur.
"Why? Dasar penguntit." Cemohnya
mebuat telingaku panas
"Yaa Nafa.. Sudah berapa wanita
kau hancurkan hatinya pada
akhirnya engkau yang hancur!!"
"Tau apa kau tentang perasaan ku?
Dasar sok tau!!!"
"Ya. Ya.. Aku mengerti. Jangan-
jangan kau telah menyuramkan
masa depan Rini?" Ntah mengapa
tak sengaja ku ucap.
"Sekalipun aku tak pernah
menyentuh dia, bahkan tak selebai
saat kau bersama Roy!" Nafa tak
mau kalah.
"Aiisshh. Jinjah.. Aku dan Roy tidak
pernah bermesraan. Aku punya
masa depan cerah!" Aku tak terima.
"Kau cemburu jika aku dan Rini?" Ia
menghentikan ucapnnya.
Aku diam. Dan tak berani berkata
sepatahpun. Aku merasa sesak jika
mendengarnya.
"Diam.. !!" Nafa meledek ku.
"Aigoooo.. Damn..!" Aku menghindar
darinya.
*Tapi Nafa menghentikan langkahku
dan seraya aku terkaget ketika ia
memeluk erat dari belakang.
"Jangan pergi... Apa kau tau rasanya
jadi aku. Saat kau pertama kali
berpacaran dengan Roy, aku selalu
menutupi rasa cemburu ini.
Semenjak itu aku dengan Rini
pacaran. Dan saat kau terluka
olehnya aku marah, benci dengan
diriku sendiri dan tak terima dengan
perlakuan buruknya itu! Aku gagal
menjagamu!!" Nafa mengakui
segalanya. Hatiku berdetak kencang.
Nafa menatapku, pandangan itu
berubah menjadi nyata dan bukan
padangan anak kecil atau sahabat.
Pandangan yang baru pertama kali
ini benar-benar meluluhkan hatiku,
luluh seperti es. Ku kira sosok Nafa
yang beku ternyata sangat sensitive,
aku selama ini telah melukainya.
"Ya.. Semenjak kapan kau suka
padaku?" Spontanitas keluar dari
bibir ku.
"Hati kamu dan hatiku yang dapat
berbicara!" Nafa menarik tangan ini
dan kami berlari layaknya flasback
dimasa kecil.
Ya. pada akhirnya sahabat menjadi
sepasang kekasih.
...
Dilapangan basket!!!
*Semangat Nafaaa!!!" Seisi ruang
mensuportnya, bahkan nama-nama
tertoreh untuknya.
"Aku beruntung!!" Aku tersenyum
bangga.
*Gubrak* Bola basket tepat
mengenai kepalaku. Ambrukk..
...
Di UKS..
Mataku kunang-kunang, seisi UKS
ramai menatapku aneh. Aku seperti
orang bodoh!! "Aissh" Gumamku..
Tiba-tiba.. Datang Nafa.
"My princess sudah sadar?" Nafa
memegang bolanya.
"Argghg. Ternyata kau melemparkan
bola itu!" Aku segera memukulnya.
*Seisi ruang tertawa dan mereka
saksi kisah kita*


Posted via Blogaway

Tidak ada komentar: