Rabu, 09 April 2014

Cerpen : True love

Tepat jam 12.00 malam, aku belum dapat memejamkan kelopak mata, aku terus mencoba untuk memejamkan tetapi hasilnya nihil. Aku melihat jam dinding yang berdetak n berganti menit, seolah aku mengkhawatirkan jika waktu akan berhenti saat ini juga. Ingin kubendung air mata tak berhenti mengalir, ingin ku hapus rasa sesal dihati, ingin ku netralkan keadaan agar lebih baik lagi. Tetapi kenyataannya itu sulit. It is difficult, i'm tired with my world. Oh god.. Help me please to forget all about of men.. (bhs ing masih amburadul :P)

....
Nadien adalah siswi sekolah menengah atas dan duduk dibangku XI IPA 1, ia mempunyai pacar bernama Rafael dan mereka satu kelas satu bangku. Cocok deh.  100% perfect. Mereka pacaran dari kelas 2 SMP, awet juga ya! Tapi gak selalu berjalan mulus dan terkadang banyak konflik tetapi kesetiaan dan kasih sayang yang berperan teguh dalam suatu hubungan. Bagi Nadien jika kehilangan cinta pertama itu nenyakitkan dan bagi Rafael kehilangan Nadien itu suatu kegagalan untuk dirinya sendiri.

...
Taman yang indah menjadi saksi bisu diantara mereka berdua, seakan semua hanya mempertontonkan drama romantic yang berada tenar di Korea, ternyata dikehidupan sehari-hari terwujudkan juga ya! (Dasar ABG alay) xixixixi.. :D)
Duduk dikursi panjang dibawah pohon yang rindang! Sungguh sejuk ditemani angin sepoy-sepoy. Nadien dan Rafael sedang bersanda gurau layaknya sepasang kekasih yang baru fall in love gituuh!!

"Aku gak mau kamu pergi selamanya!!!" Rafael menatap mata Nadien tatapan serius.
"Aku percaya kamu!!" Nadien tersenyum bahagia.
"Aku janji, jika lulus sekolah dan aku mendapatkan pekerjaan mapan maka kita akan menikah secepatnya."
"Sayang... Kita itu harus menggapai cita-cita masing-masing.. Aku ingin kita mapan bersama-sama. Maukah kau menungguku 5 tahun lagi?"

Rafael diam saat mendengar pernyataan dari Nadien, dalam benaknya seperti Nadien tak ingin berkomitmen kearah yang serius. Nadien mengerti dan memahami apa yng Rafael inginkan tetapi baginya mengejar cita-cita itu lebih pokok.
"Siapkan lima tahun lagi .."

#LIMA TAHUN KEMUDIAN#

Nadien duduk termenung dibalik jendela, ia menatap seisi ruas jalan penuh dengan kendaraan yang padat. Ia masih mengingat janji sepasang kekasih lima tahun silam. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh sosok laki-laki.

"Istriku.. Mengapa kau tak menyiapkan pakaian hari ini? Apa yang sedang kau pikirkan di pagi buta ini?"
Ternyata Nadien sudah menikah dengan laki-laki yang dijodohkan oleh kedua orang tuanya, laki-laki itu bukan sosok Rafael dimasa Putih abu-abu.
"Maaf Beny.. Aku sedang tak enak badan, sebentar aku ambilkan." Nadien segera membubarkan lamunannya dan ia mengerjakan tugasnya menyiapi keperluan Beny.

Sebenarnya Beny mengetahui bahwa Nadien belum bisa menghapus bayangan cinta pertamanya. Wajar saja ini sulit, mereka menikah saja tanpa perasaan apapun tetapi haya sebatas komitmen.

"Hati-hati dijalan.." Nadien melambaikan tangan kearah Beni yang sedang membanting setir untuk ke kantor. Lalu ia masuk kerumah dan mengerjakan pekerjaan rumah.

...
Akhirnya Beny pulang tetapi haya sementara waktu, ia bersana klien datang kerumah pada jam makan siang.

"Nadien.. Ada tamu didepan. Siapkan minuman ya!!"
"Baiklah..."
Ia membawah dua gelas teh di nampan, tapi tiba-tiba.. *Gubrak* Gelas-gelas itu berceceran pecah dilantai.

"Kau..."  Sambil menunjuk seseorang dihadapannya.
"Masih ingat saya?" Seseorang itu tersenyum sinis. Nadien diam seribu bahasa.
"Sekarang kau telah bahagia, menunggu lima tahun itu ternyata sulit." Ternyata sosok dihadapannya itu Rafael.  Nadien merasa sangat bersalah.
"Tenang saja. Saya kesini untuk berbisnis dengan suami anda." Rafael menengadahkan kepalanya.
"Maaf Rafael..!!!" Nadien mengakui kesalahannya.
"Kecewa... Jelas sekali!!! Seandainya semua ini berlaku untuk kau apakah kau akan sesabar seperti aku yang menunggumu selama lima tahun tetapi hasilnya Nol besar..."
"Ini bukan kahendak ku, orang tua yang mengingnkan pernikahan ini terjadi."
"Why!!! Apa dengan mengorbankan perasaan bisa membuat semua berubah. Nyatakan sebenarnya dari awal agar aku tak salah paham dan ini alasan mu tak ingin berkomitmen menikah denganku?"
"Bukan... Sebelum aku dijodohkan dan Kau tak tau apa alasan sebenarnya. Kemana saja kau selama lima tahun? Aku menunggu pinangan mu."
Rafael tertegun diam saat mendengar pernyataan dari Nadien. Sungguh ini meyesakkan dada diantara mereka.
"Tapi... Sekarang berbeda. Aku telah bersama seseorang yang bertanggung jawab." Nadien meninggalkan ruang tamu lalu masuk kedalam kamar.

Beny melihat dan mendengar semua perbincangan diantara mereka. Rafael merapikan pakaiannya dan membenarkan posisi duduk untuk membicarakan bisnis.
Perbincangan bisnis akhirnya selesai juga.

...
Didalam kamar...
Nadien terisak-isak menangis, pintu kamar terbuka ternyata Beny menghampirinya.
"Ternyata dia!!!" ia menangguk.
"Maafkan aku mas..."
Beny memeluk hangat istrinya yang sangat ia cinta dan sayangi.
"Ya sudahlah.. Mulai saat ini bisalah kau belajar mencintai ku seperti dulu kau mencintainya?"
"Mas..!!!" Tanyanya lirih.
"Aku rasa istriku yang cantik ini tidak keberatan" Beny mengecup kening Nadien.

....
Seiring berjalannya waktu Nadien mencoba menghapus kenangan sosok Rafael dari pikirannya, setidakny sekarabg ia mulai belajar untuk mencintai Beny.
Hari-hari Nadien lebih berwarna dengan Beny yang telah hidup empat tahun lebih. Akhirnya Nadien hamil dan tak lama itu akan mempersiapkan kelangsungan untuk melahirkan.
"Mas akan pergi beberapa hari. Jaga kandungan mu baik-baik.."
"Iya mas. ."

...
Pagi harinya ia mendapat kabar mengejutkan..
"Mas... Bangunnn...!!!" Air matanya bercucuran saat melihat Beny tak sadarkan diri di UGD.

Ia menunggu...
"Hahahaha.  Aku yang memotong tali rem  itu.. " Munculah Rafael.
"Sungguh tega dirimu. Mengapa tak kau bunuh aku saja?"
"Alasan pertama aku tak membunuhmu karena kau akn mati sendiri ketika kehilangan suami tercinta .." Keegoisan dan amarah Rafael yang memuncak membuatnya nekat seperti ini.

Cinta..  Tak akan selamanya abadi, cinta bisa berubah menjadi ancamn untuk kepribadian seseorang. Ya.. Itu berlaku untuk setiap manusia yang memujakan cinta terlalu tinggi.

#BEBERAPA TAHUN KEMUDIAN.

Keluarga mereka sekarabg telah lengkap. Beny sudab sembuh total dan dihadiahkan kado anak laki-laki di usia pernikahan menginjak 10 tahun ini. Nadien bersyukur  tak ada yang merusak keluarga mereka. Rafael telah dimasukan kedalam penjara walaupun sudah bebas setidaknya Nadien, Beny dan buah hatinya sudah tak menetap ditempat dulu.

"Berjanjilah untuk sehidup semati yaitu cinta sejati" Itulah janji mereka. :)


Posted via Blogaway

Minggu, 16 Maret 2014

Cerpen : Sahabat Cintaku

Yeahhhh... Aku ingin melupakan
dia! Sungguh... Gumam ku mencoba
menahan air mata hampir menetes.
Kckok.. Kcok.. Pintu kamar telah
terbuka, ternyata mama.
"Kenapa belum tidur sayang?"
"Ika sedang tak enak badan!" Aku
berbohong.
"Kamu tidak pandai berbohong. Jika
sudah siap, silakan hubungi mama!"
Mama mengecup kening dan aku
tersenyum dan mencoba
memejamkan mata.
.
..
...
"Arrrrrggghh.. Udah jam 4, ini
benar-benar gila!!!" Gumam ku
mengcak-acak rambut. Aku mencari-
cari ponsel dan melihat sesuatu,
siapa lagi kalau menguntit
seseorang. "Secepat itu..." Aku tak
dapat menahan bendungan air mata
pada akhirnya membasahi pipi.
... Disekolah.
*Jleb*. aku mengantuk dan
memejamkan mata, sesingkat
mungkin aku terbangun. Ternyata
Nafa yang membangunkan mimpi
indah dipagi hari.
"Argghh... Bisakah kau pergi dari
hadapan ku?" Aku mengomel tak
karuan, kesal melihat kelakuan sobat
sepertinya.
"Yayay.. Sorry! Aku cuma mau lihat
mata panda melingkar disitu!" Nafa
menunjuk kelompak mata ku yang
hitam, efek dari semalan.
"Nafaaaa..." Aku memeluk erat cowok
itu, ya.. Secara seisi kelas
memperhatikan kami.
"Cup..cup..cup.. Move on kaleek..."
Nafa mencoba menenangkan aku,
walaupun cara cueknya bikin nyesek.
"Ya.. Kok gitu! Bantuin dong gimana
caranya move on. Jangan omdo
doang." Aku kesal dan benar-benar
ku lampiaskan itu kepada Nafa.
"Hallo.. Cowok itu bukan cuma dia,
air mata menetes gak berguna dan
tak akan membalikan keadaan."
Itulah Nafa yang cuek. Tapi ada
benernya juga.
Nafa berlalu meninggalkan ku.
Tiba-tiba aku mendengar kabar
kalau Nafa masuk ruang BK, terus
apa masalahnya? Aku rasa dia tak
berandal dan aku segera menuju
ruang BK.
"Haaah.." Aku terbelalak kaget,
ternyata Nafa berkelahi dengan Roy,
tapi anehnya Nafa baik-baik saja dan
wajah Roy bonyok. Aku menunggu
didepan pintu tepatnya Nafa sudah
dintrograsi dan mendapatkan point
pelanggaran.
"Cewek tukang ngadu... Pantesan...
Siettt.!!" Maki Roy menyayat hatiku.
Nafa menghampiri Roy, segera
mungkin Roy melarikan diri. Nafa
merangkul ku, aku rasa ini salahku
sepenuhnya.
Aku menatap wajah Nafa yang cool,
wajah yang tenang, wajah misterius
dan wajah diidolakan oleh para
gadis. Dan diwajahnya terdapat
memar ringan tepat disebelah
bibirnya. Aku menarik tangannya
menuju UKS.
"Arggh.. Biar aku saja!" Nafa
mencoba mengompres memarnya
sendiri.
"Diam saja! Ini salah ku
sepenuhnya. Maaf!!!" Aku benar-
benar merasa bersalah dan ini
bukan pertama kalinya Nafa terluka
hanya membela ku.
Nafa menangkis tanganku dan ia
meraba memarnya, aku dapat
merasakan sakit itu.
"Maaf.. Lagian ini bukan kesalahan
mu. Ingat janji kita waktu kecil? Aku
janji akan selamanya menjaga
kamu." Nafa tersenyum dan
mengacak-acak rambutku.
Ya.. Itulah Nafa, dia adalah
sahabatku dari kecil, dari dulu
sampai sekarang sifat dan sikapnya
tak pernah berubah. Sekecil apapun
aku terluka ataupun sakit, maka ia
akan mati-matian menjagaku. Ia
segalanya, bahkan aku nyaman
didekatnya.
....
"Nafa terlalu dingin untuk aku
dekati. Ia terlalu menutup diri
untuk aku mengenalnya." Rini
curhat kalau ia masih menyukai
Nafa.
"Rini... Kalau kamu benar suka sama
dia! Aku bakalan bantu kamu biar
deket lagi? Mau!!!" Aku menawarkan
bantuan dan setidaknya ini
membuat hati Rini bahagia.
....
Dirumah. Aku dan Nafa sedang asyik
mengerjakan tugas sekolah, Nafa
memang pintar dan berprestasi
disekolah.
"Bodoh. Soal semudah ini saja
sulit!" Nafa memukul kepalaku
dengan buku. Aku meringis
kesakitan.
"Ya. Nafaaaa..." Sungguh ku tak
terima lalu aku memukul balik.
Tapi, tanganku terhalang dengan
gengaman kekarnya.
"Don't touch me!!!" Nafa menatapku
sengit.
"Yeahh. Whatever.. Damn you!"
Gertak ku seraya pergi dari
hadapannya.
Ya.. Itulah kami! Aku dan Nafa tak
pernah akur dan setiap bertemu ada
saja perang adu mulut. Tom and
jerry lebih cocok mewakili kami
berdua. Yeah..
...
Rini menghampiri ku. "Bagaimana
respon Nafa. Apa kamu sudah kasih
nope aku kepadanya?"
Aku tersentak kaget, rasanya ini
benar-benar mematikan hatiku. Aku
hampir saja kehilangan kesadaran.
"Oh.. Ya. Kemarin aku lupa, besok
kita lihat kabarnya!" Aku segera
menghindar dari cewek aneh itu.
...
Aku melihat Nafa sedang bertanding
basket, banyak sekali fans-fans
gilanya mengidolakan dia, tapi tidak
berlaku dengan ku. Aku membawa
sebotol minuman dan handup kecil,
seluruh mata menatap ku sinis.
"Yeahh. Omoo.." Aku sedikit risih.
Nafa menghampiri ku. "Waahh..
Nafaaa" Semua teriak seru saat sang
idola meneguk air. Aku mengelap
keringatnya, team basket Nafa
menang. Nafa berlari-lari
mengelilingi lapangan dan segera ia
akhiri dengan memeluk ku. "Hari ini
aku yang traktir!!!" Nafa menarik
tanganku, saat ini Nafa sedang
dalam mood yang bagus.
...*"*"*..
Nafa memandangi foto berbingkai
tersebut, ia tersenyum. "Aku bakalan
turnamen tingkat Internasional!!!"
Girangya seraya memeluk foto
tersebut.
Ktok..ktock...
"Masuk!!!" Serunya.
Aku segera menghampirinya dan
memberikan kado. "Selamat! Ini
kado atas kemenanganmu."
"Thanks.."
"Oh ya... Aku pulang dulu!" Tapi
tiba-tiba tagannya menggengam
tangan ini.
"Aku akan mengantar mu!!" Nafa
bangkit dari tidurnya.
Dijalan...
"Naf. Rini memberikan ini buat
kamu!!!"
Nafa tak memperdulikan semua itu.
"Buang saja!" Lirihnya.
"Hargaain dong usahanya!"
"Bisakah kau tidak membicarakan
dia?"
Aku bungkam, pada akhirnya aku
dan Nafa duduk di ayunan dan ia
memulai pembicaraan kembali.
"Dia hanya masa lalu. Dia hanya
serpihan hati dan tak berhak ada
dihati.." Nafa menarik nafas
panjang. Aku diam saja dan hanya
mendengarkan cuhatannya.
"Ika... Apa kau mempunyai rasa
ingin mematikannya jika orang yang
kita cintai sedang bersama orang
lain. Dan saat ia terluka baru ia
sadar telah mencintai orang yang
salah?"
Aku diam, ia menatap dalam kearah
ku. "Jawab?"
"Entahlah.." Gumam ku. "Aku sendiri
saja bingung! Aku selalu jadi bahan
selingkuhan." Aku bersandar
dipundaknya.
...
Sungguh. Ku tak mengerti dengan
jalan pikiran Nafa. Nafa yang selalu
cuek terkadang cerewet. Tapi aku
mengenalnya dari kecil.
Aku tak pernah mendengar gosip
tentang Nafa dengan perempuan
manapun. Pertama dan terkahir ia
pacaran dengan Rini, aku rasa Nafa
trauma pacaran.
...
"Terus?" Rini memelas.
"Maaf. Aku gak bisa bantu lagi!"
Ya.. Hanya itu yang aku ucapkan,
rasanya aku bingung.
...
Nafa duduk di antara ilalangan
melindunginya. Ia merebahkan
tubuh diatas ilalangan kering.
"First love. I remember you!" Nafa
melelapkan matanya.
Tiba-tiba Nafa terkaget nelihat sosok
ku telah berada tepat
disampingnya.
"Kau sendiri yang bilang move on"
"Arghh. Kau mendengar semua?"
Nafa segera membenarkan posisi
dan duduk tepat dihadapan ku.
Raut wajah Nafa tak dapat
berbohong kalau saat ini sungguh
malu.
"Jinjah.. Kau kira aku tuli? Aku
sudah berada disini dan
mengikutimu!!" Arggh. Kok aku jujur.
"Why? Dasar penguntit." Cemohnya
mebuat telingaku panas
"Yaa Nafa.. Sudah berapa wanita
kau hancurkan hatinya pada
akhirnya engkau yang hancur!!"
"Tau apa kau tentang perasaan ku?
Dasar sok tau!!!"
"Ya. Ya.. Aku mengerti. Jangan-
jangan kau telah menyuramkan
masa depan Rini?" Ntah mengapa
tak sengaja ku ucap.
"Sekalipun aku tak pernah
menyentuh dia, bahkan tak selebai
saat kau bersama Roy!" Nafa tak
mau kalah.
"Aiisshh. Jinjah.. Aku dan Roy tidak
pernah bermesraan. Aku punya
masa depan cerah!" Aku tak terima.
"Kau cemburu jika aku dan Rini?" Ia
menghentikan ucapnnya.
Aku diam. Dan tak berani berkata
sepatahpun. Aku merasa sesak jika
mendengarnya.
"Diam.. !!" Nafa meledek ku.
"Aigoooo.. Damn..!" Aku menghindar
darinya.
*Tapi Nafa menghentikan langkahku
dan seraya aku terkaget ketika ia
memeluk erat dari belakang.
"Jangan pergi... Apa kau tau rasanya
jadi aku. Saat kau pertama kali
berpacaran dengan Roy, aku selalu
menutupi rasa cemburu ini.
Semenjak itu aku dengan Rini
pacaran. Dan saat kau terluka
olehnya aku marah, benci dengan
diriku sendiri dan tak terima dengan
perlakuan buruknya itu! Aku gagal
menjagamu!!" Nafa mengakui
segalanya. Hatiku berdetak kencang.
Nafa menatapku, pandangan itu
berubah menjadi nyata dan bukan
padangan anak kecil atau sahabat.
Pandangan yang baru pertama kali
ini benar-benar meluluhkan hatiku,
luluh seperti es. Ku kira sosok Nafa
yang beku ternyata sangat sensitive,
aku selama ini telah melukainya.
"Ya.. Semenjak kapan kau suka
padaku?" Spontanitas keluar dari
bibir ku.
"Hati kamu dan hatiku yang dapat
berbicara!" Nafa menarik tangan ini
dan kami berlari layaknya flasback
dimasa kecil.
Ya. pada akhirnya sahabat menjadi
sepasang kekasih.
...
Dilapangan basket!!!
*Semangat Nafaaa!!!" Seisi ruang
mensuportnya, bahkan nama-nama
tertoreh untuknya.
"Aku beruntung!!" Aku tersenyum
bangga.
*Gubrak* Bola basket tepat
mengenai kepalaku. Ambrukk..
...
Di UKS..
Mataku kunang-kunang, seisi UKS
ramai menatapku aneh. Aku seperti
orang bodoh!! "Aissh" Gumamku..
Tiba-tiba.. Datang Nafa.
"My princess sudah sadar?" Nafa
memegang bolanya.
"Argghg. Ternyata kau melemparkan
bola itu!" Aku segera memukulnya.
*Seisi ruang tertawa dan mereka
saksi kisah kita*


Posted via Blogaway

Cerpen : Tak dapat bersatu

Kamar yang dipenuhi
tumpukan buku, disamping tempat tidur ada meja berisi kosmetik
lengkap berlamburan, dilantai terdapat lembaran kertas, kamar
tanpa penerangan. Itulah keadaan
kamar Kara seperti kapal pecah.

"Argggghh!!! Siapa yang berani
mengacak-acak kamarku?" Raka
kesal dan merapikan sedia kala.
"Sudahlah Raka. Tadi adik kamu
istirahat sebentar! Mungkin ia
lupa untuk merapikannya.." Mama
menetralkan suasana memanas.
"Mom.. Ini udah kelewatan.
Seenaknya saja mengacaukan
kamarku! Ini sampah berserakan
tak jelas, buku-buku berlamburan
dan kosmetik miliknya berada
disini." Raka merasa tak terima.
"Ya sudahlah... Adik mu itu
tomboy jadi rasa taunya besar.
Kamu sendiri tau kalau dia baru
pulang dari study di Amerika"
"Yaelahh. Maa.. Apa ada
hubungannya karakter dengan
kamar aku! Arrggghhh..." Raka
semakin kesal...

.... Pukul
menunjukkan 12:00 Am.. Tetapi
adiknya belum pulang juga,
adiknya masih terbawa kebiasaan
di Amerika. Tetapi tidak berlaku
untuk Raka pribadi yang disiplin,
ia marah atas kelakuan adiknya
karena belum pulang juga sampai
sekarang.
Lalu...
"Aku pulaaang!!!"
Seraya adiknya. Raka menatap
adiknya sinis, pakaian dikenakan
layaknya seperti laki-laki, ini
merusak pemandangan
menurutnya. "Apa-apaan kamu!
Kemana saja anak gadis baru
pulang?" "Hy kakak... Kara
kangeeen!!!" Tanpa wajah bersalah
ia langsung memeluk Raka.
Sedangkan Raka terdiam saja..
"Mulai besok jangan lagi kelur
malam!!" Raka menasihati lalu
bergegas mengunci pintu dan
masuk kekamarnya. Dibelakang,
Kara mengikuti langkahnya.
"Kenapa?" Raka menyadari Kara
mengikutinya. "Kak.. Kara tidur
bareng sama kakak ya!! Please..."
Kara segera masuk terlebih
dahulu. "Kamu bukan anak kecil
lagi.. Aku tidur diluar saja!!!" Raka
bergegas pergi..

... Pagiii....
Mereka sudah sarapan. "Raka..
Hari ini kalian akan berangkat
sekolah bersama.." Mama
mengkonfirmasi. "Hah... Kenapa
dia tidak lagi bersama papa di
Amrik ma?" Raka terkejut. "Papa
sedang banyak kerjaan!!!"
"Arghh... Begini rasanya bertemu saudara tiri..." Gumamnya dalam hati.

Raka dan Kara memang saudara tiri, satu ayah tapi beda ibu. Mama tak pernah membedakan anak-anaknya, dari kecil hingga dewasa kasih sayang yang adil. Tapi, sampai sekarang Raka belum dapat menerima Kara sebagai adik tiri. Ya!!! Raka selalu berlaku sinis dengan Kara.

.. Akhirnya mereka sampai juga disekolah..
Raka selalu jadi bahan lelucon teman-temannya. Bahkan Kara disangka pacaran dengan Raka. Raka merasa malu sedangkan Kara cuek bebek.
"Cantik juga.. Beneran itu adik
kamu?" Ucap Rendi sahabatnya.
"What? Itu bunglon kamu bilang
cantik. Whats up men?" Raka
semakin tak mengerti.

Sepertinya Rendi tertarik dengan Kara, sebisa mungkin Rendi mencoba berkenalan dan mendekati Kara. Tetapi Raka tak mengizinlan mereka dekat lebih dari teman, Raka teringat pesanmama untuk menjaganya. ..

....
Singkat cerita..
Rendi dan Kara akhirnya pacaran.
Hubungan mereka tak diketahui
oleh Raka. "Janji ya.. Jangan
ketahuan Raka!" Rendi
memastikan. "Iya !!!" Kara
tersenyum manis.

... Akhir-akhir
ini Raka merasakan kalau sifat dan kelakuan Kara berbeda. Sekarang si tomboy itu berubah menjadi feminim, sifatnya sudah
menunjukkan seorang perempuan dan sungguh membuat Raka heran.
"Mau kemana?" Raka
menghentikan langkah Kara. "Jalan bareng!!"
"Sama Rendi?"
"Iya"
"Suruh dia kerumah!" Perintah
Raka. Kara tersentak kaget! Ia
keceplosan dan tak dapat lagi
menghindar. "Ehhh.. Itu.. " Kara
mencari alasan. Raka segera
merampas Hp digenggamnya.
"Arrrrghhh.. Kakak... Adik mu ini
sudah dewasa! Kenapa
diperlakukan seperti anak kecil?"
Sungguh Kara tak terima. Raka tak
peduli, akhirnya Kara tidak jadi
keluar ngedate...

.... Disekolah..
Raka menghindar dari Kara dan tak ingin berdekatan lagi sama Rendi. Ia rasa ada yang menganjal
dihatinya dan tak terima semua ini
terjadi. Kara merasakan kehilangan sosok Raka, ia mencoba untuk berinteraksi tetapi tak direspon Raka. Sedangkan Rendi masa bodoh dan tak memperdulikan
mereka berdua.

... Pada hari berikutnya .. "Apakah kakak sakit?"
Kara memeriksa keadaan Raka.
"Sudahlah.." Raka menangkis
tangan Kara. "Ada apa?" "Aku ingin sendiri..." Gertaknya. Kara diam,
lalu ia meninggalkan Raka
sendirian.

... Sore hari.. Kara
memutuskan untuk jalan-jalan
sore, ia mrefreshkan otak ditaman dekat alun-alun kota. Saat ia melangkah untuk pulang kerumah, sosok sang kekasih sedang bermesraan dengan teman sekelasnya. "Dengarkan dulu..."
Rendi mencoba untuk
menjelaskan. "Dasar.. Siiiettt!"
Kara menampar pipi Rendi, ia
berlari sekuat tenaga mungkin,
tapi ia tak mengeluarkan air mata
setetespun.

... Dirumah... Kara
melempar pintu sekeras mungkin.
Mama melihatnya kaget sekali.
Kara langsung masuk kamar dan
membersihkan tubuhnya. Saat
makan malam.. Mama melihat
kedua anaknya tidak seperti
biasanya. Biasanya selalu cek-cok
mulut dan sekarang sepi senyap.
"Kalian kenapa?" Mama
memecahkan keheningan. "Ya!!!"
Jawab mereka serentak, lalu
bertatapan cukup lama. "Ya.. Kara
sudah kenyang, malam semua..."
Kara meninggalkan ruang makan.
Ia bergegas untuk beristirahat.
"Kara kenapa? Bukannya mama
suruh kamu untuk menjaganya!
Tapi kenapa kalian seperti
bertengkar?" Mama mengintrogasi
Raka. "Ma.. Jangan bahas lagi,
Raka dapat berbicara besok
dengannya." Raka mengecup pipi
mama lalu ia bergegas
kekamar.

.... Semuanya tampak
berubah.. Tidak seperti sedia
kala.. Semuanya tampak asing dan
hidup pada dunia masing-masing.
Pagi ini Kara tidak keluar dari
kamar. Mama dan Raka heran lalu
menemui Kara. "Karaaaa..." Raka
terkejut saat melihat Kara
terbaring lemas dan pucat. "Cepat
bawa kerumah sakit!!" Mama
berseru..

... Liiwww..liwww...liw...
Suara Ambulance... Dirumah sakit.
Mama pulang terlebih dahulu
karena ada barang ketinggalan.
Saat ini Raka setia menjaga Kara.
"Kara. Banguun.. Kenapa kau
seperti ini? Bisakah kah sadarkan
diri agat dapat mendengar aku
bicara.. Ya... Kita memang saudara tiri. Tapi, aku menyanyangi kamu lebih dari itu. Maaf.. Perasaanku lancang." Raka menggengak tangan Kara. Mereka tampak seperti sepasang kekasih saja, ya..
Diantara mereka sedang
merasakan cinta. "Aku
mendengarnya kak!!" Kara
membuka matanya.
"Syukurlah
kamu sadar!" Perasaan Raka menjadi legah.
"Apa yang kakak katakan tadi benar!" Kara ingin
memperjelas.
"Ya. Maaf..." Raka mencoba untuk mengakuinya.
"Sama.. " Jawab Kara sejujurnya.
Raka tersenyum dan semakin erat
menggenggam tangan Kara.

...
Akhirnya mereka sepakat menjalani
hubungan ini diam-diam. Tak ada
seorangpun yang tu status mereka.
Mereka tak menampakkan didepan
keluarga ataupun umum. Tapi,
seluruh orang mengetahuinya. "Ya ampuun.. Kenapa kalian bertingkah seperti ini. Sungguh
mama tak menyangka!" Mama
kecewa sedang memarahi Raka dan Kara.
"Ma.. Maafkan kami.. Tapi
kita juga saudara tiri bukan
kandung ma..." Raka memperjelas.
"Apa jadinya jika diketahui oleh
Papa.. Kalian harus dipisahkan."
Mama menghubungi papa.
"Ma.. Stoop.. Jangan tau papa, aku
bakalan..." Tiba-tiba mama
menampar Kara. Kara terdiam dan air matanya tak dapat dibendung lagi. Sungguh ini membuatnya piluh. Raka menghentikan langkah Mama ingin bertindak lebih lanjut.
"Ma... Pukul saja Raka. Ini salah
Raka sepuhnya."
"Hikss.. Mengapa
kalian seperti ini? Mama tak meyangka.." Mama menangis dan
menghentikan semuanya.

...
Keesokan harinya. "Kak. Kenapa
kita harus ada ikatan keluarga.
Mengapa kita saling mencintai tapi terlarang. Tuhan tak adil.." Kara menagis. "Kara.. Tuhan adil.
Setidaknya walaupun kita tak
memiliki tapi kita dapat bersama
selamanya!" Raka meggenggam
tangan Kara. Mereka saling
bertatapan. Tiba-tiba sosok mama
dan papa sudah berada dihadapan mereka.

... Semenjak itu Raka dan Kara dipisahkan satu sama lain tak pernah lagi berjumpa.
Kara kembali lagi ke Amerika dan Raka pergi ke bandung untuk menemani nenek disana. Semua benar-benar berbeda. Rasa cinta tak dapat menyatukan mereka untuk lebih lanjut.
Mereka berdua sepakat untuk tidak berhubungan dan ketika bertemu harus mepunyai kekasih masing-masing.

... Pada akhirnya mereka bertemu lagi dijakarta.
"Lucu kalau kita kenang cerita dulu..." Kara tersenyum sambil memainkan
jarinya, Raka telah melihat cincin
dijari manisnya.
"Iya.. Siapa
tunanganmu?" Raka menyadari itu semua.
"Dia Carles, mahasiswa di
Amrik. Kakak dengan siapa?"
"Masih sendiri. Melupakan itu
sulit!" Raka terseyum dan menatap langit-langit.
Mereka bercerita banyak hal, semuanya baik-baik saja dan kembali seperti sedia
kala.

Itulah mereka. Tetap pada
jalan masing-masing. Raka belum
dapat melupakan Kara
sepenuhnya. Sedangkan Kara
harus menepis perasaan dan
mngubur dalam-dalam perasan itu
karena ia telah menemukan
pujaan hati.


Posted via Blogaway

Cerpen : Tak dapat bersatu

Kamar yang dipenuhi
tumpukan buku, disamping tempat tidur ada meja berisi kosmetik
lengkap berlamburan, dilantai terdapat lembaran kertas, kamar
tanpa penerangan. Itulah keadaan
kamar Kara seperti kapal pecah.

"Argggghh!!! Siapa yang berani
mengacak-acak kamarku?" Raka
kesal dan merapikan sedia kala.
"Sudahlah Raka. Tadi adik kamu
istirahat sebentar! Mungkin ia
lupa untuk merapikannya.." Mama
menetralkan suasana memanas.
"Mom.. Ini udah kelewatan.
Seenaknya saja mengacaukan
kamarku! Ini sampah berserakan
tak jelas, buku-buku berlamburan
dan kosmetik miliknya berada
disini." Raka merasa tak terima.
"Ya sudahlah... Adik mu itu
tomboy jadi rasa taunya besar.
Kamu sendiri tau kalau dia baru
pulang dari study di Amerika"
"Yaelahh. Maa.. Apa ada
hubungannya karakter dengan
kamar aku! Arrggghhh..." Raka
semakin kesal...

.... Pukul
menunjukkan 12:00 Am.. Tetapi
adiknya belum pulang juga,
adiknya masih terbawa kebiasaan
di Amerika. Tetapi tidak berlaku
untuk Raka pribadi yang disiplin,
ia marah atas kelakuan adiknya
karena belum pulang juga sampai
sekarang.
Lalu...
"Aku pulaaang!!!"
Seraya adiknya. Raka menatap
adiknya sinis, pakaian dikenakan
layaknya seperti laki-laki, ini
merusak pemandangan
menurutnya. "Apa-apaan kamu!
Kemana saja anak gadis baru
pulang?" "Hy kakak... Kara
kangeeen!!!" Tanpa wajah bersalah
ia langsung memeluk Raka.
Sedangkan Raka terdiam saja..
"Mulai besok jangan lagi kelur
malam!!" Raka menasihati lalu
bergegas mengunci pintu dan
masuk kekamarnya. Dibelakang,
Kara mengikuti langkahnya.
"Kenapa?" Raka menyadari Kara
mengikutinya. "Kak.. Kara tidur
bareng sama kakak ya!! Please..."
Kara segera masuk terlebih
dahulu. "Kamu bukan anak kecil
lagi.. Aku tidur diluar saja!!!" Raka
bergegas pergi..

... Pagiii....
Mereka sudah sarapan. "Raka..
Hari ini kalian akan berangkat
sekolah bersama.." Mama
mengkonfirmasi. "Hah... Kenapa
dia tidak lagi bersama papa di
Amrik ma?" Raka terkejut. "Papa
sedang banyak kerjaan!!!"
"Arghh... Begini rasanya bertemu saudara tiri..." Gumamnya dalam hati.

Raka dan Kara memang saudara tiri, satu ayah tapi beda ibu. Mama tak pernah membedakan anak-anaknya, dari kecil hingga dewasa kasih sayang yang adil. Tapi, sampai sekarang Raka belum dapat menerima Kara sebagai adik tiri. Ya!!! Raka selalu berlaku sinis dengan Kara.

.. Akhirnya mereka sampai juga disekolah..
Raka selalu jadi bahan lelucon teman-temannya. Bahkan Kara disangka pacaran dengan Raka. Raka merasa malu sedangkan Kara cuek bebek.
"Cantik juga.. Beneran itu adik
kamu?" Ucap Rendi sahabatnya.
"What? Itu bunglon kamu bilang
cantik. Whats up men?" Raka
semakin tak mengerti.

Sepertinya Rendi tertarik dengan Kara, sebisa mungkin Rendi mencoba berkenalan dan mendekati Kara. Tetapi Raka tak mengizinlan mereka dekat lebih dari teman, Raka teringat pesanmama untuk menjaganya. ..

....
Singkat cerita..
Rendi dan Kara akhirnya pacaran.
Hubungan mereka tak diketahui
oleh Raka. "Janji ya.. Jangan
ketahuan Raka!" Rendi
memastikan. "Iya !!!" Kara
tersenyum manis.

... Akhir-akhir
ini Raka merasakan kalau sifat dan kelakuan Kara berbeda. Sekarang si tomboy itu berubah menjadi feminim, sifatnya sudah
menunjukkan seorang perempuan dan sungguh membuat Raka heran.
"Mau kemana?" Raka
menghentikan langkah Kara. "Jalan bareng!!"
"Sama Rendi?"
"Iya"
"Suruh dia kerumah!" Perintah
Raka. Kara tersentak kaget! Ia
keceplosan dan tak dapat lagi
menghindar. "Ehhh.. Itu.. " Kara
mencari alasan. Raka segera
merampas Hp digenggamnya.
"Arrrrghhh.. Kakak... Adik mu ini
sudah dewasa! Kenapa
diperlakukan seperti anak kecil?"
Sungguh Kara tak terima. Raka tak
peduli, akhirnya Kara tidak jadi
keluar ngedate...

.... Disekolah..
Raka menghindar dari Kara dan tak ingin berdekatan lagi sama Rendi. Ia rasa ada yang menganjal
dihatinya dan tak terima semua ini
terjadi. Kara merasakan kehilangan sosok Raka, ia mencoba untuk berinteraksi tetapi tak direspon Raka. Sedangkan Rendi masa bodoh dan tak memperdulikan
mereka berdua.

... Pada hari berikutnya .. "Apakah kakak sakit?"
Kara memeriksa keadaan Raka.
"Sudahlah.." Raka menangkis
tangan Kara. "Ada apa?" "Aku ingin sendiri..." Gertaknya. Kara diam,
lalu ia meninggalkan Raka
sendirian.

... Sore hari.. Kara
memutuskan untuk jalan-jalan
sore, ia mrefreshkan otak ditaman dekat alun-alun kota. Saat ia melangkah untuk pulang kerumah, sosok sang kekasih sedang bermesraan dengan teman sekelasnya. "Dengarkan dulu..."
Rendi mencoba untuk
menjelaskan. "Dasar.. Siiiettt!"
Kara menampar pipi Rendi, ia
berlari sekuat tenaga mungkin,
tapi ia tak mengeluarkan air mata
setetespun.

... Dirumah... Kara
melempar pintu sekeras mungkin.
Mama melihatnya kaget sekali.
Kara langsung masuk kamar dan
membersihkan tubuhnya. Saat
makan malam.. Mama melihat
kedua anaknya tidak seperti
biasanya. Biasanya selalu cek-cok
mulut dan sekarang sepi senyap.
"Kalian kenapa?" Mama
memecahkan keheningan. "Ya!!!"
Jawab mereka serentak, lalu
bertatapan cukup lama. "Ya.. Kara
sudah kenyang, malam semua..."
Kara meninggalkan ruang makan.
Ia bergegas untuk beristirahat.
"Kara kenapa? Bukannya mama
suruh kamu untuk menjaganya!
Tapi kenapa kalian seperti
bertengkar?" Mama mengintrogasi
Raka. "Ma.. Jangan bahas lagi,
Raka dapat berbicara besok
dengannya." Raka mengecup pipi
mama lalu ia bergegas
kekamar.

.... Semuanya tampak
berubah.. Tidak seperti sedia
kala.. Semuanya tampak asing dan
hidup pada dunia masing-masing.
Pagi ini Kara tidak keluar dari
kamar. Mama dan Raka heran lalu
menemui Kara. "Karaaaa..." Raka
terkejut saat melihat Kara
terbaring lemas dan pucat. "Cepat
bawa kerumah sakit!!" Mama
berseru..

... Liiwww..liwww...liw...
Suara Ambulance... Dirumah sakit.
Mama pulang terlebih dahulu
karena ada barang ketinggalan.
Saat ini Raka setia menjaga Kara.
"Kara. Banguun.. Kenapa kau
seperti ini? Bisakah kah sadarkan
diri agat dapat mendengar aku
bicara.. Ya... Kita memang saudara tiri. Tapi, aku menyanyangi kamu lebih dari itu. Maaf.. Perasaanku lancang." Raka menggengak tangan Kara. Mereka tampak seperti sepasang kekasih saja, ya..
Diantara mereka sedang
merasakan cinta. "Aku
mendengarnya kak!!" Kara
membuka matanya.
"Syukurlah
kamu sadar!" Perasaan Raka menjadi legah.
"Apa yang kakak katakan tadi benar!" Kara ingin
memperjelas.
"Ya. Maaf..." Raka mencoba untuk mengakuinya.
"Sama.. " Jawab Kara sejujurnya.
Raka tersenyum dan semakin erat
menggenggam tangan Kara.

...
Akhirnya mereka sepakat menjalani
hubungan ini diam-diam. Tak ada
seorangpun yang tu status mereka.
Mereka tak menampakkan didepan
keluarga ataupun umum. Tapi,
seluruh orang mengetahuinya. "Ya ampuun.. Kenapa kalian bertingkah seperti ini. Sungguh
mama tak menyangka!" Mama
kecewa sedang memarahi Raka dan Kara.
"Ma.. Maafkan kami.. Tapi
kita juga saudara tiri bukan
kandung ma..." Raka memperjelas.
"Apa jadinya jika diketahui oleh
Papa.. Kalian harus dipisahkan."
Mama menghubungi papa.
"Ma.. Stoop.. Jangan tau papa, aku
bakalan..." Tiba-tiba mama
menampar Kara. Kara terdiam dan air matanya tak dapat dibendung lagi. Sungguh ini membuatnya piluh. Raka menghentikan langkah Mama ingin bertindak lebih lanjut.
"Ma... Pukul saja Raka. Ini salah
Raka sepuhnya."
"Hikss.. Mengapa
kalian seperti ini? Mama tak meyangka.." Mama menangis dan
menghentikan semuanya.

...
Keesokan harinya. "Kak. Kenapa
kita harus ada ikatan keluarga.
Mengapa kita saling mencintai tapi terlarang. Tuhan tak adil.." Kara menagis. "Kara.. Tuhan adil.
Setidaknya walaupun kita tak
memiliki tapi kita dapat bersama
selamanya!" Raka meggenggam
tangan Kara. Mereka saling
bertatapan. Tiba-tiba sosok mama
dan papa sudah berada dihadapan mereka.

... Semenjak itu Raka dan Kara dipisahkan satu sama lain tak pernah lagi berjumpa.
Kara kembali lagi ke Amerika dan Raka pergi ke bandung untuk menemani nenek disana. Semua benar-benar berbeda. Rasa cinta tak dapat menyatukan mereka untuk lebih lanjut.
Mereka berdua sepakat untuk tidak berhubungan dan ketika bertemu harus mepunyai kekasih masing-masing.

... Pada akhirnya mereka bertemu lagi dijakarta.
"Lucu kalau kita kenang cerita dulu..." Kara tersenyum sambil memainkan
jarinya, Raka telah melihat cincin
dijari manisnya.
"Iya.. Siapa
tunanganmu?" Raka menyadari itu semua.
"Dia Carles, mahasiswa di
Amrik. Kakak dengan siapa?"
"Masih sendiri. Melupakan itu
sulit!" Raka terseyum dan menatap langit-langit.
Mereka bercerita banyak hal, semuanya baik-baik saja dan kembali seperti sedia
kala.

Itulah mereka. Tetap pada
jalan masing-masing. Raka belum
dapat melupakan Kara
sepenuhnya. Sedangkan Kara
harus menepis perasaan dan
mngubur dalam-dalam perasan itu
karena ia telah menemukan
pujaan hati.


Posted via Blogaway

Cerpen Islami : Bulan merindukan Bintang

Cerpen : Bintang merindukan Bulan..

Ini adalah kisa tentang cinta muslim. Muslim terdapat ribuan banyak menghiasi langit memberi cahaya secercah harapan. Bulan, cahaya yang berkilau terang menerang untuk menerangi gelapnya malam. Jika bintang dan bulan bersatu rasanya itu tak mungkin! Ya.. Bisa dibayangkan jika hanya punduk merindukan bulan. Pernakah kalian merasakan itu semua? Atau belum? Ya..  cinta yang kekal adalah cinta kepada Allah, Rasulullah keluarganya. Cinta orang tua untuk anaknya dan sebaliknya dan saling cinta antar saudara. Jika mencintai kekasih sebelum halal itu tak akan pernah abadi.

Azahra adalah perempuan sholeha. Selain tutur kata yang lembut, berbudi sopan santun, dan mempunyai akhlak mulia. Selalu menyempatkan waktu untuk berdzkir setiap hari. Ia tak pernah pacaran, pacaran baginya itu adalah menikah. Sampai sekarang diusia telah mapan dia masih sendiri. Ayah dan ibu adalah orangtua yang beruntung karena dapat menyekolahkan anaknya sampai sarjana walau hanya sebagai buruh. Itulah rezeki yang selalu Allah limpahkan kepada umatnya yang ingin berusaha, berikhtiar dan tawakal maka Allah akan megijabahkannya.

.... Azahra sekarang telah menjadi seorang guru, sedang mengajar salah satu sekolah dasar ternama. Ia suka anak kecil, makanya ia sengaja mengambil jurusan PGSD saat kuliah. Alhamdulillah sekarang cita-citanya telah tercapai. "Baiklah anak-anak... Besok pr-nya harus dikumpulkan, wassalamualaikum wr.wb!" Seulas senyuman manis melingkar dibibirnya. "Ibu Zahra. Apakah ibu ingin berteman dengan kakak saya!" Salah satu murid bernama Faiz menghentikan langkahnya. Azahra tersenyum... "Faiz, jika itu yang kamu mau... Ibu akan menurutinya!" Azahra paling tak tega menolak anak seusianya, maklum masih kelas 1 SD takutnya nanti ngambek. Faiz menarik tangan Azahra. Ia menurut saja dan mrngikuti langkah kecil anak yang masih polos itu. Tiba-tiba Azahra terkejut dsaat melihat sosok dijumpainya sekarang.

"Assalamualakum Ukhty, ismi Azhri." Laki-laki bernama Azhri tersenyum ramah. "Waalaikumsalam akhty." Azahra menunduk. Perkenalan mereka cukup sampai disini.

.... Dirumah Azahra. "Assalamualaium Abi dan umi?" Azahra masuk dan bersalam kepada orang tuanya. "Waalaikumsalam!" Abi dan Umi membalas dan menyambut kedatangan anak semata wayang.

Azahra segera masuk kedalam kamar lalu menunaikan sholat Dzuhur.

Doa : " Engkau pernah meberikan hujan petir setelah itu kau hadirkan pelangi. Engkau hadirkan segalanya begitu indah. Ya Allah rindukan aku kepada mereka yang mencintai-Mu . Cintai aku kepada mereka megharap ridho-Mu. Jauhkanlah aku pada kemaksiatan penuh kenastapaan, agar aku dapat menyentuh surga-Mu."

... Waktu semakin berputar, ditengah malam ia terbangun dan terjadi gundah gulina. "Mengapa wajah seseorang tersebut mirip dengan teman sekolahku dulu. Dari tutur katanya ia sungguh mirip. Subhanallah ada apa dengan hatiku, astagfirullah mengapa aku seperti ini ya Allah." Azahra bangkit dari tidurnya untuk melakukan shalat tahajud.

.... Pagi harinya... Azahra melihat Faiz dihantar oleh Azhri. "Subhanallah... Mereka seperti pinang dibelah dua!" Gumamnya. Langkahnya berhenti. "Assalamualakum Ukhty. Apakah saya diperkenankan untuk berkenalan?" Azhri bersapa ramah dan ia mempunyai niat baik. "Waalaikumsalam Akhty.. Nama saya Azahra." "Subhanallah... Nama yang indah!" "Terimakasih... Saya masuk kelas dulu!!!" Azahra bergegas melangkah menuju kelas. Hari ini ia mengajar lancar saja, tapi entah mengapa ada sesuatu yang menganjal dihatinya. Azahra menangkis semua itu. Pada akhirnya jam pelajaran telah habis dan ia bergegas untuk pulang kerumah. "Ibu... Apakah kami dapat menghantarmu...!!!" Faiz menawarkan bantuan. "Makasih Faiz, rumah ibu tak jauh dari sini. Faiz pulang duluan saja nanti dimarahin ibu lhooo..." "Ini ada kakak, jadi Faiz gak bakalan dimarahin sama orang tua! Ayolah bu... Lagian kakak juga mengizinkan..." Faiz membujuk Azahra pada akhirnya ia luluh juga.

... Sesampai dirumah.. "Silakan masuk dulu..." Azahra mempersilahkan mereka seperti tamu semestinya. "Assalamualaikum..." Serentak. "Waalaikumsalam!" Jawab kedua orang tuanya. Azhri dan Faiz duduk... Mereka disuguhkan teh hangat. Kali ini kedua orang tua menyambut mereka dan Azahra sedang ada kerjaan sebentar. "Kamu ini siapa? Baru pertama kalinya Azahra membawa laki-laki kesini.. " Abi membuka pembicaraan. "Perkenalkan saya Azhri, ini adik saya namanya Faiz. Faiz adalah muridnya Azahra, kebetulan tadi Azahra kami tawarkan untuk menghantarnya. Alhamdullillah sampai dengan selamat!" Tutur kata yang lembut. "Kami kira ini calon suaminya Azahra!!!" Umi tersenyum merasa malu sendiri. "Kakak suka sama Ibu Azahra!" Faiz melontarkan keluguannya. "Faiz.. Tak baik ikut campur dalam perbincangan dewasa!" Azhri sangat malu saat adiknya mengutarakan diluat dugaannya. "Jika saling suka, Ta'aruf saja lalu bergegaslah menikah!" Abi memberikan saran dan itu sudah lampu hijau. "Menikah lebih menjauhkan dari zina..." Umi angkat bicara. Perbincangan mereka ternyata didengar oleh Azahra, sungguh ini membuat Azahra sedih! Apakah ini secara kebetulan atau memang sudah waktunya! Azahra masih teringat pada seseorang yang sama persis seperti cinta pertamanya dulu. "Ya Allah beri aku petunjuk-Mu!!!" Azahra menangis dalam doa.

.... Dikamar.. Umi menghampirinya.. "Nak.. Segeralah menikah. Usiamu sudah sangat mapan. Bahkan mungkin umi dan abi sudah dapat menimbang cucu." "Nak Azhri sepertinya anak yang baik, Abi setuju jika pilihanmu adalah dia!!!" Abi menghampiri Azahra. "Umi.. Abi.. Menikah itu bukan hal yang mudah! Menikah juga bukan karena sekedar nafsu, tetapi rasa sayang harus terjadi diantara mereka. Rumah tangga itu bukanlah sebentar tapi batrai rumah tangga yang selamanya yang harus dijaga."
"Zahra.. Kasih sayang itu ada dimana-mana.. Bahkan jika dua insan ditakdirkan untuk saling mencintai maka itulah jodoh sebenarnya." Ucap Umi. "Kemarin Abi dan umi berbicara banyak hal. Pemuda itu sudah mapan, akhlaknya baik terlihat dari sikap sopan santunnya. Dari segi agama ia memahami. Sekarang ia sedang mencari pedanping hidup!" Abi menjelaskan.
"Umi.. Abii.. Makasih untuk semua sarannya.. Zahra terima... Jika kami berjodoh maka tak akan ada memisahkan walaupun kematian akan pisahkan kita.. Zahra hanya dapat berserah diri. Jika ia memang pantas menjadi imam untuk anak-anak nanti maka ialah orang beruntung!!" .... Hari ini hari minggu.

.. Cuaca sangat cerah dan mendukung! Sungguh meberikan semangat!!! `Ktock.. Ktockkk...` Akhirnya pintu terbuka. Abi dan Umi menyambut kedatang mereka dengan hangat saat melihat Azhri dan keluarga datang kerumah. "Wahh.. Jeng tina.. Pie kabare?"Ternyata ibunya Azhri sudah saling kenal. "Apik..apik wae.. Sudah lama kita tak jumpa! Ternyata kita bertemu lagi..." "Ayo masuuukk!!" Mereka berbincang-bincang banyak hal. Ternyata ibu mereka sudah bersahabat dari kecil. "Maksud kedatangan kami.. Ingin sekali membuat tali silahturahmi antar keluarga!" Ayah Azhri membuka pembicaraan. "Maksudnya!" Abi hanya ingin memastikan saja. "Abi dan umi... Saya ingin melamar Azahra. Saya mencintainya karena Allah.. Insya'allah saya akan menjadi imam yang baik untuk kelurga nanti!!!" Azhri mengutarakan maksud hatinya. "Kami senang jika berbesan dengan kalian!" Ucap ibunya. "Terima kasih... Tapi keputusan sepenuhnya ada ditangan Azahra." Abi menetralkan suasana. "Umi panggil Azahra dahulu ya!!!"..

Tiba..
.
Tiba... "Inaillahi..." Ternyata Azahra sudah menghebuskan nafas terakhir dalam keadaan sujud.
Pantesan saja Abi dan umi tak melihat Azahra sholat subuh. "Subhanallah.. Beruntungnya lelaki yang menjadi jodoh wanita sholehah!!!" Ashri bergumam dan air matanya menetes.

Abi dan Umi mengikhlaskan anak semata wayangnya telah kembali kepada Allah dalma keadaan khusnul khathimah.

Dari cerita diatas kita dapat menyimpulkan semuanya! Setiap argumen pasti berbeda-beda. Mohon maaf jika ceritanya terdapat kesalahan. Saya masih tahap belajar dalam menulis. Kritik dan saran kalian sangat membantu.. :)


Posted via Blogaway

Cerpen : Tak dapat bersatu...

Cerpen : Kamar yang dipenuhi tumpukan buku, disamping tempat tidur ada meja berisi kosmetik lengkap berlamburan, dilantai terdapat lembaran kertas, kamar tanpa penerangan. Itulah keadaan kamar Angela seperti kapal pecah. "Argggghh!!! Siapa yang berani mengacak-acak kamarku?" Raka kesal dan merapikan sedia kala. "Sudahlah Raka. Tadi adik kamu istirahat sebentar! Mungkin ia lupa untuk merapikannya.." Mama menetralkan suasana memanas. "Mom.. Ini udah kelewatan. Seenaknya saja mengacaukan kamarku! Ini sampah berserakan tak jelas, buku-buku berlamburan dan kosmetik miliknya berada disini." Raka merasa tak terima. "Ya sudahlah... Adik mu itu tomboy jadi rasa taunya besar. Kamu sendiri tau kalau dia baru pulang dari study di Amerika" "Yaelahh. Maa.. Apa ada hubungannya karakter dengan kamar aku! Arrggghhh..." Raka semakin kesal... .... Pukul menunjukkan 12:00 Am.. Tetapi adiknya belum pulang juga, adiknya masih terbawa kebiasaan di Amerika. Tetapi tidak berlaku untuk Raka pribadi yang disiplin, ia marah atas kelakuan adiknya karena belum pulang juga sampai sekarang. Lalu... "Aku pulaaang!!!" Seraya adiknya. Raka menatap adiknya sinis, pakaian dikenakan layaknya seperti laki-laki, ini merusak pemandangan menurutnya. "Apa-apaan kamu! Kemana saja anak gadis baru pulang?" "Hy kakak... Kara kangeeen!!!" Tanpa wajah bersalah ia langsung memeluk Raka. Sedangkan Raka terdiam saja.. "Mulai besok jangan lagi kelur malam!!" Raka menasihati lalu bergegas mengunci pintu dan masuk kekamarnya. Dibelakang, Kara mengikuti langkahnya. "Kenapa?" Raka menyadari Kara mengikutinya. "Kak.. Kara tidur bareng sama kakak ya!! Please..." Kara segera masuk terlebih dahulu. "Kamu bukan anak kecil lagi.. Aku tidur diluar saja!!!" Raka bergegas pergi.. ... Pagiii.... Mereka sudah sarapan. "Raka.. Hari ini kalian akan berangkat sekolah bersama.." Mama mengkonfirmasi. "Hah... Kenapa dia tidak lagi bersama papa di Amrik ma?" Raka terkejut. "Papa sedang banyak kerjaan!!!" "Arghh.. Begini rasanya bertemu saudara tiri..." Gumamnya dalam hati. Raka dan Kara memang saudara tiri, satu ayah tapi beda ibu. Mama tak pernah membedakan anak-anaknya, dari kecil hingga dewasa kasih sayang yang adil. Tapi, sampai sekarang Raka belum dapat menerima Kara sebagai adik tiri. Ya!!! Raka selalu berlaku sinis dengan Kara. .. Akhirnya mereka sampai juga disekolah... Raka selalu jadi bahan lelucon teman-temannya. Bahkan Kara disangka pacaran dengan Raka. Raka merasa malu sedangkan Kara cuek bebek. "Cantik juga.. Beneran itu adik kamu?" Ucap Rendi sahabatnya. "What? Itu bunglon kamu bilang cantik. Whats up men?" Raka semakin tak mengerti. Sepertinya Rendi tertarik dengan Kara, sebisa mungkin Rendi mencoba berkenalan dan mendekati Kara. Tetapi Raka tak mengizinlan mereka dekat lebih dari teman, Raka teringat pesan mama untuk menjaganya. ... Singkat cerita.. Rendi dan Kara akhirnya pacaran. Hubungan mereka tak diketahui oleh Raka. "Janji ya.. Jangan ketahuan Raka!" Rendi memastikan. "Iya !!!" Kara tersenyum manis. ... Akhir-akhir ini Raka merasakan kalau sifat dan kelakuan Kara berbeda. Sekarang si tomboy itu berubah menjadi feminim, sifatnya sudah menunjukkan seorang perempuan dan sungguh membuat Raka heran. "Mau kemana?" Raka menghentikan langkah Kara. "Jalan bareng!!" "Sama Rendi?" "Iya" "Suruh dia kerumah!" Perintah Raka. Kara tersentak kaget! Ia keceplosan dan tak dapat lagi menghindar. "Ehhh.. Itu.. " Kara mencari alasan. Raka segera merampas Hp digenggamnya. "Arrrrghhh.. Kakak... Adik mu ini sudah dewasa! Kenapa diperlakukan seperti anak kecil?" Sungguh Kara tak terima. Raka tak peduli, akhirnya Kara tidak jadi keluar ngedate... .... Disekolah.. Raka menghindar dari Kara dan tak ingin berdekatan lagi sama Rendi. Ia rasa ada yang menganjal dihatinya dan tak terima semua ini terjadi. Kara merasakan kehilangan sosok Raka, ia mencoba untuk berinteraksi tetapu tak direspon Raka. Sedangkan Rendi masa bodoh dan tak memperdulikan mereka berdua. ... Pada hari berikutnya .. "Apakah kakak sakit?" Kara memeriksa keadaan Raka. "Sudahlah.." Raka menangkis tangan Kara. "Ada apa?" "Aku ingin sendiri..." Gertaknya. Kara diam, lalu ia meninggalkan Raka sendirian. ... Sore hari.. Kara memutuskan untuk jalan-jalan sore, ia mrefreshkan otak ditaman dekat alun-alun kota. Saat ia melangkah untuk pulang kerumah, sosok sang kekasih sedang bermesraan dengan teman sekelasnya. "Dengarkan dulu..." Rendi mencoba untuk menjelaskan. "Dasar.. Siiiettt!" Kara menampar pipi Rendi, ia berlari sekuat tenaga mungkin, tapi ia tak mengeluarkan air mata setetespun. ... Dirumah... Kara melempar pintu sekeras mungkin. Mama melihatnya kaget sekali. Kara langsung masuk kamar dan membersihkan tubuhnya. Saat makan malam.. Mama melihat kedua anaknya tidak seperti biasanya. Biasanya selalu cek-cok mulut dan sekarang sepi senyap. "Kalian kenapa?" Mama memecahkan keheningan. "Ya!!!" Jawab mereka serentak, lalu bertatapan cukup lama. "Ya.. Kara sudah kenyang, malam semua..." Kara meninggalkan ruang makan. Ia bergegas untuk beristirahat. "Kara kenapa? Bukannya mama suruh kamu untuk menjaganya! Tapi kenapa kalian seperti bertengkar?" Mama mengintrogasi Raka. "Ma.. Jangan bahas lagi, Raka dapat berbicara besok dengannya." Raka mengecup pipi mama lalu ia bergegas kekamar. .... Semuanya tampak berubah.. Tidak seperti sedia kala.. Semuanya tampak asing dan hidup pada dunia masing-masing. Pagi ini Kara tidak keluar dari kamar. Mama dan Raka heran lalu menemui Kara. "Karaaaa..." Raka terkejut saat melihat Kara terbaring lemas dan pucat. "Cepat bawa kerumah sakit!!" Mama berseru.. ... Liiwww..liwww...liw... Suara Ambulance... Dirumah sakit. Mama pulang terlebih dahulu karena ada barang ketinggalan. Saat ini Raka setia menjaga Kara. "Kara. Banguun.. Kenapa kau seperti ini? Bisakah kah sadarkan diri agat dapat mendengar aku bicara.. Ya... Kita memang saudara tiri. Tapi, aku menyanyangi kamu lebih dari itu. Maaf.. Perasaanku lancang." Raka menggengak tangan Kara. Mereka tampak seperti sepasang kekasih saja, ya.. Diantara mereka sedang merasakan cinta. "Aku mendengarnya kak!!" Kara membuka matanya. "Syukurlah kamu sadar!" Perasaan Raka menjadi legah. "Apa yang kakak bicarakan tadi benar!" Kara ingin memperjelas. "Ya. Maaf..." Raka mencoba untuk mengakuinya. "Sama.. " Jawab Kara sejujurnya. Raka tersenyum dan semakin erat menggenggam tangan Kara. ... Akhirnya mereka sepakat menjalani hubungan ini diam-diam. Tak ada seorangpun yang tu status mereka. Mereka tak menapakkan didepan keluarga ataupun umum. Tapi, seluruh orang mengetahuinya. "Ya ampuun.. Kenapa kalian bertingkah seperti ini. Sungguh mama tak menyangka!" Mama kecewa sedang memarahi Raka dan Kara. "Ma.. Maafkan kami.. Tapi kita juga saudara tiri bukan kandung ma..." Raka memperjelas. "Apa jadinya jika diketahui oleh Papa.. Kalian harus dipisahkan." Mama menghubungi papa. "Ma.. Stoop.. Jangan tau papa, aku bakalan..." Tiba-tiba mama menampar Kara. Kara terdiam dan air matanya tak dapat dibendung lagi. Sungguh ini membuatnya piluh. Raka menghentikan langkah Mama ingin bertindak lebih lanjut. "Ma... Pukul saja Raka. Ini salah Raka sepuhnya." "Hikss.. Mengapa kalian seperti ini? Mama tak meyangka.." Mama menangis dan menghentikan semuanya. ... Keesokan harinya. "Kak. Kenapa kita harus ada ikatan keluarga. Mengapa kita saling mencintai tapi terlarang. Tuhan tak adil.." Kara menagis. "Kara.. Tuhan adil. Setidaknya walaupun kita tak memiliki tapi kita dapat bersama selamanya!" Raka meggenggam tangan Kara. Mereka saling bertatapan. Tiba-tiba sosok mama dan papa sudah berada dihadapan mereka. ... Semenjak itu Raka dan Kara dipisahkan satu sama lain tak pernah lagi berjumpa. Kara kembali lagi ke Amerika dan Raka pergi ke bandung untuk menemani nenek disana. Semua benar-benar berbeda. Rasa cinta tak dapat menyatukan mereka untuk lebih lanjut. Mereka berdua sepakat untuk tidak berhubungan dan ketika bertemu harus mepunyai kekasih masing-masing. ... Pada akhirnya mereka bertemu. "Lucu kalau kita kenang cerita dulu..." Kara tersenyum sambil memainkan jarinya, Raka telah melihat cincin dijari manisnya. "Iya.. Siapa tunanganmu?" Raka menyadari itu semua. "Dia Carles, mahasiswa di Amrik. Kakak dengan siapa?" "Masih sendiri. Melupakan itu sulit!" Raka terseyum dan menatap langit-langit. Mereka bercerita banyak hal, semuanya baik-baik saja dan kembali seperti sedia kala. Itulah mereka. Tetap pada jalan masing-masing. Raka belum dapat melupakan Kara sepenuhnya. Sedangkan Kara harus menepis perasaan dan mngubur dalam-dalam perasan itu karena ia telah menemukan pujaan hati.
Posted via Blogaway

Sabtu, 01 Maret 2014

Cerpen Islami : Dibalik Kerudung Aisyah

Aisyah duduk tepat dideretan buku-
buku perpustakaan, perpustakaan
yang sepi pengunjung, mungkin
hanya beberapa orang saja yang
berkepentingan disini. Aisyah suka
membaca, kegemarannya terhadap
karya tulis membuatnya cinta dalam
berkarya.
Aisyah tak suka keramaian, ia tak
suka berkumpul dengan Gank-gank
terpopuler disekolah ataupun
membuat gank khusus dikelas.
Tentu saja ia tak sendiri, ia juga
mempunyai teman dekat bernama
Inayah.
"Assalamualaikum..." Seorang laki-
laki mengucapkan salam dan
tersenyum ramah kepada Aisyah dan
Inayah. Sambutan yang baik
diberikan oleh Aisyah dan Inayah
"Waalaikumsalam" Jawab mereka.
"Boleh Firman bergabung disini?"
"Tentu saja, bahkan kita bisa
berdiskusi banyak hal. Bagaimana
karya ilmiah mu? Apa sudah
selesai?" Aisyah menyambut dengan
hangat.

"Oh ya! Tugasnya lumayan
menguras otak ni. Ada beberapa
bagian yang belum aku kelarin,
kebetulan punya kamu udah selesai,
ya... setidaknya kamu sedikit
membantu. hehehe" Tujuannya sih
mau minta tolong sama Aisyah,
tentu saja Aisyah mengerti maksud
hati Firman.
"Begini...." Aisyah menjelaskan
dengan runtut.
Kebetulan sekarang jam istirahat,
saat jam istirahat markas utama
adalah kantin, tapi tidak dengan
Aisyah, Aisyah lebih megirit dalam
keuangan karena menghemat dan
menabung sudah menjadi bagian
hidupnya.
Siang hari semakin panas, hijab
yang dikenakananya tidak
membunuh semangat tapi melainkan
mengobarkan semangat jiwa.
"Aku hidup karena Allah, apapun
cobaan yang datang maka semakin
bertambah ketakwaan hambaNya!"
Itulah prinsip hidup Aisyah,
pantang menyerah.
Saat langkah kakinya menuju
kedalam kelas, ia dikejutkan oleh
Gank Angel, gank itu terdiri dari
lima orang. Ya!!! Bisa dibilang Gank
paling update tentang fashion
bahkan gosip-gosip sekolah mereka
gak ketinggalan. Mending kalau
gosipnya itu barokah, mudarat juga
iya!!!...
"Hey.. anak cupu.. culun, gaptek,
norak, iiww.. kamseupay deh!!!"
Celoteh Siska, siketua Gank, Aisyah
masih dapat tersenyum.
"OMG. masih ada ya! si ustadzah
berkeliaran disini..." Adena meraba-
raba hijab milik Aisyah, Aisyah
mencoba menghindar dan tak ingin
ada keributan.
"Ya..ya..ya.. Aku rasa ini orang gak
sekedar munafik dan menutup diri
dengan hijab." Mila menertawai,
Aisyah mencoba untuk bersabar.
"Kok diam sih? Takut ya sama kita..
terus apa gunanya ini jilbab kalau
masih berduaan sama cowok, tadi
kita liat kamu sama Firman!!!" Ineke
Menghardik, Aisyah tersenyum dan
menatap satu-satu mereka berlima.
"Hahha.. pura-pura polos kamu,
atau jilbab ini hanya sandiwara mu
saja!" Karel geram melihat
ketenangan diwajah Aisyah.
"Allah mewajibkan kaum hawa untuk
berhijab agar auratnya terjaga.
Hijab dan akhlak adalah suatu
berbeda, mereka sama-sama
manusia tanpa dosa dan setidaknya
wanita berhijab menang satu
langkah." Dari berbagai pertanyaan,
Aisyah menyimpulkannya.
"Saya dan Aisyah tidak berduaan.
Saksinya ada Inayah dan teman-
teman berada disana. Jangan suka
buat fitnah ya! Wanita berhijab itu
bagaikan makanan terkemas rapi
dan itu istimewa. Mereka berhijab
bukan karena sempurna, setidaknya
mereka telah menyempurnakan."
Ujar Firman dengan bukti kuat dan
pembelaan.
"Sekali lagi saya tekankan berhijab
adalah kewajiban hamba Allah telah
balig. Jika kalian mendzalimi
seseorang bearti kalian telah
mendzalimi diri sendiri." Inayah
menjelaskan setegas mungkin.
Gank Angel menundukan kepala
karena merasa malu pada dirinya
sendiri.
"Maafkan kami Aisyah dan teman-
teman . " Gank Angel memelas.
"Kami sudah memaafkan kalian
sebelumnya. Minta ampunlah
kepada Allah" Aisyah tersenyum
bahagia.
Esoknya gank itu membubarkan
diri.Mereka semua telah berjilbab
walaupun belum syariah ,
setidakknya sudah mau berikhtiar
karena Allah.


Posted via Blogaway