Selasa, 15 Oktober 2013

Puisi : DIA

TUHAN...
Aku merindukan dia yang tak seharusnya jadi milikku
Tak seharusnya aku impikan, dan tak seharusnya aku harapkan.

Jika bisa ku putar balik perasaan...
Aku tak ingin menyanyangi dia dan tentu bukan dia..
Tapi, hati ku tak bisa berdusta.
Tak berdusta, rasa ini semakin bertambah.

Dengan cara seperti apa! Agar aku melupakannya.
Menghapusnya dan membuang semua kenangan tentang dia.

Tapi semakin sulit...
Semakin ku bersikeras meyakinkan melupakannya...
Semakin datang dan tak kunjung pergi..

Tuhan..
Aku tau kalau aku salah!
Setidaknya aku mencegah perasaan ini.
Tapi rasanya sakit, jika rasa ini tetap sayang.
Aku ingin sekejap tertidur..
Aku ingin tak melihat sosok dia dimimpi...

Jika esok ku bisa melupakan dia..
Bukan bearti ku tak menyimpan semua kenangan itu.
Jika esok aku tak melihat dia, tapi bisa kulihat dengan hati kecil.
Jika esok dia datang dihidupku lagi..
Mungkin itu takdir kalau tuhan mempersatukan kita.

Aamiin.. :)


Posted via Blogaway

Rabu, 09 Oktober 2013

Cerpen : First Love Versi 2

First Love

Tak.. Tik.. Tuk.. Suara langkah kaki yang terus tanpa henti membawa Angel ke perpustakaan dengan membawa sekumpulan buku memenuhi kedua tangan. Sebenarnya ini adalah hal melelahkan untuk Angel lakukan, mau apa boleh buat kalau tugas sedang menumpuk dan mewajibkan megerjakan tugas sekolah.
"Aiiissshhh... Tugas selalu bikin kepala gw mau botak, apalagi matematika selalu bikin jengkol alias jengkel." Angel menggerutu dan menggaruk kepala, itu adalah kebiasaan Angel kalau sedang bermasalah.
"Mauuuu!" Dini menawarkan cemilan, tentunya penjaga perpustakaan tidak mengetahuinya.
"Diniii.. My best friend's! Please dont disturb me okey! Because i'm learning . You understand!" Angel melotot kesal kearah Dini
"Okey Miss.English. Gw cabut dulu deh!" Akhirnya Dini pergi dari perapustakaan dengan menenteng cemilan.
"Diniii.. Lagi-lagi kamu!" Penjaga perpustakan menggeleng karena Dini bersikap tidak tau aturan.

***
"Untung aja Matematika bisa gw atasi! Sacara gitu, Angel!" Sungguh Angel sangat besyukur karena hasil kerasnya tidak sia-sia.
---
"Driiinggg.. Dring.. Tut..tut.." Hp Angel berdering, ternyata ada panggilan masuk. Tapi Angel cuek dan tak peduli, karena itu bukan menjadi prioritas utama saat ini.
"Aduuhhh... Menggangu aekali nih! Siapa sih yg nelpon. Nggak ada kerjaan kali ni manusia!" Kali ini Angel rijec saja.
Tiba-tiba ada pesan masuk, segera mungkin Angel membuka dan membacanya.
Pesan :
("Ini Angel ya? Knpa gw tlpon di rijek?" )
#... Maaf. Lu siapa? Ad perlu apa?
(Gw Dygta, diperpustakaan kita pernah berjumpa! Masih ingat gw saat elu tabrak dengan tumpukan buku, eh.. Buku tugas matematika ketinggalan, gw mau balikin ke elu tpi sepertinya lu lagi terburu-buru ya?)
#... Oh... Gw ingaat. Ya ampun, itu tugas harua dikumpul besok. Sebelumnya trimz udah kabarin, besok pagi dateng aja ke kelas gw. Okey! Y udah, ngatuk nih. Bye.. "
(Iya, have a nice dream!")

***
Pukul 06:30 wib...
Angel sudah berada didalam kelas, tentunya pagi-pagi udah jadi hal biasa menunggu sendirian didalam kelas. Seseungguhnya Angel sangat menghawatirkan buku tugas matematika.
"Siapa tu Dygta? Kayaknya gw baru kenal. Hemmzz.. Tapi gw bner nggak ingat wajahnya kayak apa ya?" Sepintas Angel sedikit pernasaran.
"Eiittz.. Idiot banget sih gw kalau mikirin tu orang nggak jelas!" Angel menepuk keningnya yang sekedar menyadarkan dirinya saja.

Tiba-tiba !!!
"Heeeyyy..." Seseorang mengagetinya.
"Haayyyo..." Latah Angel keluat juga.
"Gw Dygta yang kemarin. Masih ingat?"
Angel membebarkan kaca matanya kembali dan melihat sosok jelas Dygta yang ada dihadapannya sekarang.
"Oh... Buku tugas gw mana?" Langsung saja Angel to the point.
"Nggak semusah itu dong!"
"Maksud lu? Nggak usah basa-basi dong. Jam pertama pelajaran itu dimulai!"
"Hemzz.. Gw sih ada syaratnya! Tinggal elu aja mau apa nggak?"
"Elu mau ngancem gw ya? Buang waktu ajah."
"Ya udah kalau nggak mau! Gw kembali lagi jika elu sepakati. Tapi bukunya tetap dengan gw ya!" Dygta bergegas dari hadapan
Angel.
"Eh.. Tunggu dulu! Gw bakal menuhin apa saja syaratnya, tqpi gw ada syarat juga!"
"Apa?"
"Kembalikan dulu buku gw, truz gw bakal menuhi semua syarat dan setelah itu jangan ganggu gw lagi. Mengerti?"
"Deal!" Dygta meyakinkan kalau Angel tidak berbohong.
"Jangan lupa temuin gw dibelakang kelas!" Dygta segera keluar kelas dan meninggalkan Angel sendririan.
"Ihhhh.. Cowok setres. Nggak bakalan gw mau!" Angel melengos nafas panjang.

***
Jam istirahat !!!
Angel dan Dini lagi duduk dibawah pohon rindang yang sejuk, mereka bercanda gurau dan saling berbagi cerita.
"Ini hari terapes gw, soalnya bisa bertemu dengan orang nyebelin banget!" Angel menceritakan kejengkelannya.
"Oh ya! Orangnya gimana sih? Terus tampan gak?"
"Apaan sih lu! Lu uda terbius dunia fantasi ya?"
"Gak... Tentunya ketampanan yg nomer dua, kalau nomer satu tetap money."
"Oh ya! Pacaran aja sama Om.om.." Angel meledek Dini.
"Yeee!!! Gw itu masih suka brondong kaleekk!"
"Siapa tau udah ganti type!"
"Hemm.. Daripada elu belum pernah pacaran+jatuh cinta! Atau nggak normal y?"
"Belum saatnya!"
"Hello.. Udah kelas 2 Sekolah Menengah masih aja belum tersentuh."
"Aduuuhhh.. Capek kalau debat sama elu. Ehh.. Kita belajar bareng yuk..."

***
Saat langkah kaki Angel melangkah menuju kerumah! Tiba-tiba dihentikan oleh Dygta yang sudah berada tepat didepannya.
"Mana janji lu? Udah ingkar ya?"
Tentu saja ini mengagetkan bagi Angel, yang bisa dilakukan saat ibi hanya bisa menghindar dan berharap kalau baik-baik saja.
"Kaburrr!!!" Angel berlari sekuat mungkin.
Dygta tidak kehilangan akal, segra mungkin memeluk Angel sangat erat.
"Lepasiin..!!!" Angel menagis ditempat..
"Masih berani nantang gw? Tau rasa getahnya!"
"Yaa.. Sorry. Gw nggak maksus untuk berbohong kok. Ya!!! Hanya sudah waktunya pulang!"
"Okey! Kali ini gw maafin." Dygta melepaskan pelukannya.
"Hampir aja gw kena penyakit bengek, terus lu mau ngapain? Sebut aja persyaratannya, lebih cepat lebih baik."
"Dengerin gw baik-baik ya! 1. Lu harus kencan bareng gw, 2. Lu nggak boleh dekat dengan cowok siapapun selain gw, 3. Saat gw butuh elu, tentunya elu ada buat gw 24 jam, 4. Lu harus jadi guru private gw 5. Jangan pernah sekalipun lu ingkar, karena akibatnya akan fatal. Mengerti!
"Terserah elu dan lagian siapa juga yang mau ikutin ide konyol ini. Huhhhhh!!!" Angel tidak mau ambil pusing.
Langsung saja Dygta memeluk Angel. "Lepasiiin. Gw penuhi asal elu jangan meluk gw lagi."
"Baiklah!" Dygta tersenyum datar.

***
Hari pertama kencan dimulai.
Angel berdandan sekendak jidat saja, pakaian tabrak lari dan semberaut banget.
"What? Sekarang kita jalan."
Sekarang mereka berdua ada ditoko baju. Dygta memilihkan baju yang pantas untuk Angel, mau tidak mau Angel harus menurut saja.

Kencan Gagal ....

Syarat kedua! Jagan dekat cowok  lain, tapi Angel bersikeras berdekatan dengan cowok culun dihadapan Dygta, sedangkan Dygta hanya menahan kesal dengan perbuatan Angel.
"Apa liat-liat!" Angel memojokkan Dygta.
Setelah Dygta tidak ada, segera mungkin Angel menjauh dari sianak culun.

Syarat ketiga: saat Dygta menelpon Angel, selalu saja tak pernah diangkat dan bersikap cuek bebek saat Dygta dihadapan Angel.
"Kenapa menghindar?"
"Hmmmzz.. Gw barusan belajar."
"Oh ya!"
"Ya..."

K'4 syarat menjadi guru private.
Angel sudah berada didepan pintu kamar Dygta.
"Buruaaan buka nie pintu!" Angel menggedor pintu kamar Dygta.
Segerq mungkin Dygta membuka pintu kamarnya, dengan tatapan penuh melihat Angel. Entah mengqoa saat ini jatungnya berdetak lebih kencang ketika melihat langsung sorot mata Dygta yang tajam.

Entah mengapa saat Angel mengajarkan matematika merasa tidak konsen sekali.

Ke'5. Tentunya peraturan itu selau dilanggar oleh Angel.

***
Satu tahun kemudian, mereka berdua berada ditaman.
"Akhiri saja perjanjian yang konyol ini, gw mau konsen untuk belajar mengahdapi UN!" Angel merasa lelah.
Dygta menarik tanganya
"Kenapa elu selalu bikin gw sakit?" Dygta berteriak dihadapan Angel.
Sedangkan Angel terdiam dan tak berani berkutik sedikitpun.
"Gw nggak ngerti perasaan ini saat pertama kali bertemu, tapi yang gw tau elu sosok yang cuek dan paling anti cowok! Tentunya gw menncoba untuk biasa-biasa saja dihadapan elu. Tapi gw bersyukur, karena tuhan mengizinkan gw untuk bisa mengenal lu?"
Jantung Angel berdetak lebih kencang dan cepat dari sebelumnya, perasaan ini samgt aneh saat didekat Dygta, makanya dia terus menghindar dan berusaha membecnci Dygta, tapi kondisi seperti ini ta mungkin Angel menghentikannya.
"Gw sayang lu Angel!" Dygta memeluk hangat.
Angel diam seribu bahasa dan tak bisa dijelaskabmn apavyang ada dihatinya saat ini.
"Sebenarnya gw sayang elu juga!" Tentunya Angel tak bisa berdusta dengan hati.
"Elu mau jadi pacar gw!"
Angel menunduk pelan uang mengartikan bahwa setuju.
"Horeeeee!!!" Dygta lompat kegirangan.
Tiba-tiba...
"Eheemm... Jadian kok nggak bilang-bilang!" Dini muncul dari persembunyiannya.
"Hahah" Angel dan Dygta hanya tersenyum saja.

***
"Sejak kapan elu suka sama gw?" Angel sebenarya penasaran.
"Sebelum kita bertabrakan diperpustakaan."
"Oh ya! Sejak kapan?"
"Sejak gw pindah sekolah!"
"Pantesan wajah elu asing banget!"
"Terus. Kenapa elu bisa suka juga dengan gw?"
"Tentunya elu yang pertama gerakin ni hati"
"Oh ya! Jadi gw first love ya bagi lu?"
"Apaan sih!" Angel menjadi malu sendiri.
"Jujur ya! Elu itu first love gw tauk!!!" Dygta mengakui semuanya.
"Oh ya! 1-1 dong."
"Kayak permainan bola saja ya!"
"Hahhaha" Tawa mereka serentak.

Akhirnya mereka saling bekejaran ditaman, bersepeda bersama-sama dan lulus dari Sekolah Menegah.

"Semoga cinta kita True Love ya!"
Ucap janji setia antara Dygta dan Angel. :)

Posted via Blogaway


Posted via Blogaway

Senin, 07 Oktober 2013

Cerpen : Rasa Terpendam

Disudut sekolah Choi duduk termenung sambil membolak-balik buku pelajaran dengan tatapan kosong. Saat ini dilamunkannya hanyalah sosok perempuan menarik hati yang tak bisa dijelaskan lewat kata-kata.
"Doooorrrrr" Mey mengagetkan Choi seketika membuat tersadar dari lamunan barusan.
"Hampir saja Choi jantungan." Choi terkejut hebat lalu meraba jatungnya.
"Sorry brow, habisnya kenapa ngelamun muluq?"
"Lagi bingung nih..."
"Terus kenapa?"
"Nggak ada kok, cumq pusing mikirin jam pelajaran kedua. Selain ibu gurunya yang killer, Choi gondokan mulu kalau di ceramahin." Choi merasa lelah kalau harus mengikuti pelajaran tersebut.
"Sammaaa!!! Kita bolos aja sama-sama" Mey menarik tangan Choi untuk kabur dari sekolah.

***

"Mey gila ya! Kenapa kita harus bolos?" Choi melontarkan pertanyaan polos.
"O M G... Oon juga y elu? Choi, gw bilangin ya... Kalau elu nggak minat sekolah + belajar, untuk apa buang waktu?" Mey melengos nafas panjang karena merasa tak mengerti.
"Ya.. Choi nurut ajah deh!" Choi mengguk pelan.
"Naahhh.. Itu baru sobat gw."
Mey merangkul hanga pundak Choi.

***
(Tuhaann... Aku mencintainya, tapi dia tak pernah tau! Dan tak mungkin ku rusak persahabatan ini hanya karena rasa cintaku padanya! Tapi ku tak sanggup jika harus jujur, sedangkan bicarapun aku tak sanggup!!! Aku bagaikan patung yang membeku karena cinta! Andai saja dia bisa luluh seperti es... Rasanya ini anganan ku saja.). Choi menutup buku diary-nya...

Tiba esok..

***
"Choooiiii... Banguuunnn...!!!" Mama mengentuk pintu kamarnya.
"Iya mama, sebentar lagi Choi bakalan kelar kok."
----
"Kamu harus banyak istirahat, jangan melakukan hal-hal berat ya sayang." Mama memberikan minuman susu dan roti tawar.
"Baik ma... Hari Choi ada kerja kelompok jadi pulang agak malem ya! Boleh nggak?"
"Choi... Kamu jangan keseringan pulang malam. Mama khawatir banget sama kamu, pukul 07:00 pm kamu udah ada dirumah." Mama mencium pipi Choi.

***

Setiba disekolah.

"Mey. Choi nggak bisa malem-malem pulangnya!"
"Lhooo... Kenapaz?"
"Soalnya Mama mengkhawatirkan Choi."
"Aduuhhh.. Anak Mama, kok laki-laki lemot banget sihh! Hello Choi, masih adakah anak yang patuh dizaman modern ini?"
"Bukan seperti itu, nggak mungkin Choi biarkan Mama sendirian dirumah dan lagian Choi udah bohong tentang tugas kelompok!"
"Aduuuhhh.. Choi nggak gaul dhe, kita tuu mau party Okey! Kalau elu clubbing aja nggak pernah itu namanya katrok tauk."
"Maaf Mey! Choi memang kampungan ya?"
"Naaahhhh... Itu mah udah sadar ya? Ya udah, kapan-kapan aja kita jalan." Mey meninggalkan Choi sendirian.

Tiba saatnya Choi menyendiri karena Mey sudah pergi dari hadapanny. Saat keadaan seperti ini datanglah Tara menghampiri Choi.
"Kenapa Choi?"
"Mey marah dengan Choi."
"Kok bisa?"
"Nggak tau juga!"
Choi menunduk lemas dan merasa lelah sekali, lalu melangkah pelan dan saatnya Tara dalam kesendirian.
"Andai saja Choi tau isi hati sebenarnya!" Tara menghapus air matanya.

***

Dirumah Mey...
"Tepaarrr" Suara tamparan mendarat di pipi Mey.
"Kamu anak tidak tau diri, jam 12 malam baru pulang. Sadar kalau kamu perempuan, jadi apa yang harus dibanggakan lagi sekarang?" Mama meluapkan emosinya.
"Oh ya? Apakah mama dulu tidak seprti gw? Sama saja tingkatannya, ya... Setidaknya gw anak haram." Mey tetap nyolot.
"Kurang ajar! Anak tidak tau diri." Tamparan semakin menjadi.
"Tampar lagi dongg! Biar puas!"
Mama langsung meninggalkan Mey dan masuk kedalam kamar.
Tanpa sadar air mata Mey berjatuhan, dan meratapi nasibnya yang kelam.

----
"Lu dimana? Sekarang temuin gw!" Mey menelpon seseorang.
Ternyata orangnya Choi.
Mey langsung saja memeluk Choi dengan tetesan air mata.
"Kenapa tidak pulang?"
"Gw diusir nyokap."
"Ya sudah. Kerumah Choi saja"

***
"Siapa dia yang kamu bawa kerumah Choi?"Mama berbicara berdua saja.
"Choi kasihan karena dia tak punya tempat tinggal lagi Maaa! Choi harap kalau kita bisa membantunya!"
"Ya sudah..  Mama menurut saja!" Mama tersenyum hangat dan menyambut Mey sangat ramah.

***

Saat Mey berada disini, terasa betah dan damai sekali....
Dan mengapa Mey ada ras suka kepada Choi, awalnya Choi adalah cowok culun, cupu, katrok dan nyebelin tapi berhati lembut.
"Dikeluarga ini ditemukan rasa cinta dan sayang, bukan seperti keluarga gw yang nggak tau ceritanya!" Mey jadi kangen mama dirumah.

***

Waktu berkata lain. Saat rasa suka itu datang daan sekarang tak dapat bersatu karena Choi sudah bertunangan terlebih dahulu dengan Tara yang baru dikenal, tentunya ini suda direncanakan oleh orang tua masing-masing. Sungguh ini diluar perdugaan Choi dan ini tak mungkin untuk Mey menghalangi.

Saat Mey tau semuanya, dia berlari sekencang mungkin dan dari berlawanan arah truk telah menabrak Mey.

---
"Maaf!!! Dia sudah nenghembuskan nafas terakhir di TKP!" Dokter memberitahu kondisi Mey tak bis diselamatkan.
Saat Choi mendengar pernyataan tadi, tak bisa dipungkiri air mata mengalir deras dan apalagi saat membaca surat kecil yang ditulis oleh Mey untuk Choi beserta keluarga dan Mamanya tercinta.

Isi surat untuk Choi :
(Hy Choi sobat gw paling baik. Duduk dibangku SMA sangat menyengkan ya! Bisa kerjain tugas sama2 dan bolospun bersama. Saking selaku bersama gw jatuh cinta sama elu yang lugu, culun, katrok dan nyebelin. Gw uda lama banget mau bilang. Tapi elu aja yang oon coz nggak ngerti muluq! Capek tau mendam perasaan itu. Tapi.. Ada yang lebih nyakitin lagi, tentunya lu bukan milik gw tapi udah jadi tunangan orang lain. Tapi gw ucapin selamat ya! Walaupun nanti kita nggak bertemu, tapi gw ttep jatuh cinta sama elu, maklum aja first love :)... Kalau kita berjodoh pasti nggak kemana kok.)

"Mengapa Choi tidak sadar kalau Mey ternyata punya rasa yang sama! Mengapa Mey pergi secepat ini? Kalau saja Choi tau dari awal pasti Choi batalkan petunangan ini. Tapi sekarang semuanya terlambat!"

Saat Mama Mey membaca surat.

(Dear Mom..
Mama yang cantik... Maaf y selalu nggk pernah perfect dimata mu.Mey bukan anak baik yang bisa dibanggakan. Setidaknya Mey butuh perhatian Mama sedikit saja, Mey nggak butuh pengakuan siapa ayah Mey sebenarnya! Tapi waktu yanv Mey pintaa Mama... Tapi itu bukan masalah karena Mey udah dapatkan keluarga baik. Love u so much :* Mom.. )

Saat mengetahui semua, ada rasa sesal tapi penyesalan selalu akhir belakangaan.


Posted via Blogaway